(MUHAMMAD SOLICHUN, S.Ag)
Guru MI Karangasem Susukan Kab. Semarang
Selama
ini setiap orang, mungkin berbeda-beda dalam menafsirkan arti nasionalisme.
Bahkan setelah kemerdekaan tercapai, menyampaikan rasa nasionalisme pun dengan
ekpresi yang beraneka rupa. Ada yang menunjukkannya dengan memasang bendera
berukuran besar di halaman rumah, bendera mini di mobil atau motor, bahkan
sekadar memasang pita merah putih di kepala.
Nasionalisme
jika disederhanakan merupakan suatu bentuk semangat cinta bangsa dan cinta
tanah air (pratiotisme). Nasionalisme memiliki berbagai perwujudan sesuai
dengan tuntutan zaman. Pada masa revolusi, nasionalisme terwujud dalam upaya
menegakkan negara bangsa dengan perperan sebagai tentara dan sukarelawan,
sehingga semangat kebangsaan terwujud jelas dengan mengangkat senjata untuk
mengusir musuh. Tetapi di masa kemerdekaan, nasionalisme tidak lagi diwujudkan
dengan berjuang di medan pertempuran militer, tetapi masing-masing warga secara
individual atau kolektif berjuang mengisi kemerdekaan sesuai dengan profesinya
agar tujuan negara bangsa yang telah disepakati bersama dapat terwujud.
Sesungguhnya
memaknai nasionalisme juga tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang semata.
Karena pada dasarnya nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi seorang warga
negara terhadap bangsa dan negaranya. Wujud kesetiaan tersebut bermacam-macam,
mulai dari penghormatan terhadap pahlawan, mempelajari sejarah, taat pada
peraturan, membayar pajak, menjaga kedaulatan bangsa, menyumbangkan prestasi
pada event-event lomba internasional dan yang paling sering kita dengar adalah
wujud nasionalisme dengan menggunakan produk-produk dalam negeri.
Yang
paling menonjol saat sekarang adalah nasionalisme lewat media olahraga, salah
satunya cabang sepakbola, dengan munculnya lirik Garuda di dadaku semua anak
bangsa dari sabang sampai merauke bisa menyanyikan lagu tersebut. Kerinduan
bangkitnya nasionalisme itu pecah di arena olahraga. Jarang terdengar, lagu
kebangsaan Indonesia Raya mendadak bergema dari mulut-mulut anak bangsa secara
berjamaah. Tidak ada Jawa, tidak ada Sumatera, tidak ada Kalimantan, tidak ada
Sulawesi, tidak ada Ambon, tidak ada Papua, yang ada adalah Indonesia. Inilah
nasionalisme gaya baru, nasionalisme cara sepakbola. Sejenak kita
nikmati kebangkitan nasionalisme yang dipupuk anak-anak bangsa yang
membanggakan di lapangan hijau tersebut.
Semoga
harapan kita terhadap rasa nasionalisme tidak pudar begitu saja setelah
pertandingan bola selesai, dan berharap tumbuh nuansa nasionalisme lain dengan
cara yang lain pula tidak hanya dibidang sepakbola saja tapi bisa di semua
bidang kehidupan, siapa pun presidennya, siapapun juaranya jika ingin menumbuhkan
rasa nasionalisme perlu didukung dengan semangat kecintaan dan kebanggaan
terhadap bangsa Indonesia. Kebanggaan Nasionalisme harus dipupuk sejak dini dan
mulai ditularkan kepada anak-anak kita sebagai generasi penerus kelangsungan
bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar