Selasa, 04 Desember 2012

PENDIDIKAN KARAKTER PADA KISAH KHIDZIR

PENDIDIKAN KARAKTER PADA KISAH KHIDZIR
ANALISA AYAT
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendekatan dan Strategi pendidikan Nilai
Dosen Pengampu : Prof. DR. H.M. FURQON HIDAYATULLAH


Oleh :
Muhammad Solichun
M1.11.015




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2012





SURAT KAHFI AYAT 60 - 82
øŒÎ)ur š^$s% 4ÓyqãB çm9tFxÿÏ9 Iw ßytö/r& #_¨Lym x÷è=ö/r& yìyJôftB Ç`÷ƒtóst7ø9$# ÷rr& zÓÅÓøBr& $Y7à)ãm ÇÏÉÈ   $£Jn=sù $tón=t/ yìyJøgxC $yJÎgÏZ÷t/ $uÅ¡nS $yJßgs?qãm xsƒªB$$sù ¼ã&s#Î6y Îû ̍óst7ø9$# $\/uŽ|  ÇÏÊÈ   $£Jn=sù #yur%y` tA$s% çm9tFxÿÏ9 $oYÏ?#uä $tRuä!#yxî ôs)s9 $uZŠÉ)s9 `ÏB $tR̍xÿy #x»yd $Y7|ÁtR ÇÏËÈ   tA$s% |M÷ƒuäur& øŒÎ) !$uZ÷ƒurr& n<Î) Íot÷¢Á9$# ÎoTÎ*sù àMŠÅ¡nS |Nqçtø:$# !$tBur çmÏ^9|¡øSr& žwÎ) ß`»sÜø¤±9$# ÷br& ¼çntä.øŒr& 4 xsƒªB$#ur ¼ã&s#Î6y Îû ̍óst7ø9$# $Y7pgx ÇÏÌÈ   tA$s% y7Ï9ºsŒ $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍÈ   #yy`uqsù #Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏŠ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä ZpyJômu ô`ÏiB $tRÏZÏã çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã ÇÏÎÈ   tA$s% ¼çms9 4ÓyqãB ö@yd y7ãèÎ7¨?r& #n?tã br& Ç`yJÏk=yèè? $£JÏB |MôJÏk=ãã #Yô©â ÇÏÏÈ   tA$s% y7¨RÎ) `s9 yìÏÜtGó¡n@ zÓÉëtB #ZŽö9|¹ ÇÏÐÈ   y#øx.ur çŽÉ9óÁs? 4n?tã $tB óOs9 ñÝÏtéB ¾ÏmÎ/ #ZŽö9äz ÇÏÑÈ   tA$s% þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# #\Î/$|¹ Iwur ÓÅÂôãr& y7s9 #\øBr& ÇÏÒÈ   tA$s% ÈbÎ*sù ÓÍ_tF÷èt7¨?$# Ÿxsù ÓÍ_ù=t«ó¡s? `tã >äóÓx« #Ó¨Lym y^Ï÷né& y7s9 çm÷ZÏB #[ø.ÏŒ ÇÐÉÈ   $s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym #sŒÎ) $t6Ï.u Îû ÏpuZŠÏÿ¡¡9$# $ygs%tyz ( tA$s% $pktJø%tyzr& s-̍øóçFÏ9 $ygn=÷dr& ôs)s9 |M÷¥Å_ $º«øx© #\øBÎ) ÇÐÊÈ   tA$s% óOs9r& ö@è%r& š¨RÎ) `s9 yìÏÜtGó¡n@ zÓÉëtB #ZŽö9|¹ ÇÐËÈ   tA$s% Ÿw ÎTõÅz#xsè? $yJÎ/ àMŠÅ¡nS Ÿwur ÓÍ_ø)Ïdöè? ô`ÏB ̍øBr& #ZŽô£ãã ÇÐÌÈ   $s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym #sŒÎ) $uÉ)s9 $VJ»n=äñ ¼ã&s#tGs)sù tA$s% |Mù=tGs%r& $T¡øÿtR Op§Ï.y ÎŽötóÎ/ <§øÿtR ôs)©9 |M÷¥Å_ $\«øx© #[õ3œR ÇÐÍÈ   * tA$s% óOs9r& @è%r& y7©9 y7¨RÎ) `s9 yìÏÜtGó¡n@ zÓÉëtB #ZŽö9|¹ ÇÐÎÈ   tA$s% bÎ) y7çGø9r'y `tã ¥äóÓx« $ydy÷èt/ Ÿxsù ÓÍ_ö6Ås»|Áè? ( ôs% |Møón=t/ `ÏB ÎoTß©9 #Yõãã ÇÐÏÈ   $s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym !#sŒÎ) !$us?r& Ÿ@÷dr& >ptƒös% !$yJyèôÜtGó$# $ygn=÷dr& (#öqt/r'sù br& $yJèdqàÿÍhŸÒム#yy`uqsù $pkŽÏù #Y#yÉ` ߃̍ムbr& žÙs)Ztƒ ¼çmtB$s%r'sù ( tA$s% öqs9 |Mø¤Ï© |Nõy­Gs9 Ïmøn=tã #\ô_r& ÇÐÐÈ   tA$s% #x»yd ä-#tÏù ÓÍ_øŠt/ y7ÏZ÷t/ur 4 y7ã¤Îm;tRé'y È@ƒÍrù'tGÎ/ $tB óOs9 ìÏÜtGó¡n@ ÏmøŠn=¨æ #·Žö9|¹ ÇÐÑÈ   $¨Br& èpoYÏÿ¡¡9$# ôMtR%s3sù tûüÅ3»|¡yJÏ9 tbqè=yJ÷ètƒ Îû ̍óst7ø9$# NŠur'sù ÷br& $pkz:Ïãr& tb%x.ur Nèduä!#uur Ô7Î=¨B äè{ù'tƒ ¨@ä. >puZŠÏÿy $Y7óÁxî ÇÐÒÈ   $¨Br&ur ÞO»n=äóø9$# tb%s3sù çn#uqt/r& Èû÷üuZÏB÷sãB !$uZŠÏ±ysù br& $yJßgs)Ïdöãƒ $YZ»uøóèÛ #\øÿà2ur ÇÑÉÈ   !$tR÷Šur'sù br& $yJßgs9Ïö7ム$yJåk5u #ZŽöyz çm÷ZÏiB Zo4qx.y z>tø%r&ur $YH÷qâ ÇÑÊÈ   $¨Br&ur â#yÅgø:$# tb%s3sù Èû÷üyJ»n=äóÏ9 Èû÷üyJŠÏKtƒ Îû ÏpuZƒÏyJø9$# šc%x.ur ¼çmtFøtrB Ö\x. $yJßg©9 tb%x.ur $yJèdqç/r& $[sÎ=»|¹ yŠ#ur'sù y7/u br& !$tóè=ö7tƒ $yJèd£ä©r& %y`̍÷tGó¡tƒur $yJèdu\x. ZpyJômu `ÏiB y7Îi/¢ 4 $tBur ¼çmçGù=yèsù ô`tã ̍øBr& 4 y7Ï9ºsŒ ã@ƒÍrù's? $tB óOs9 ìÏÜó¡n@ ÏmøŠn=¨æ #ZŽö9|¹ ÇÑËÈ  
60. dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya[885]: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".
64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[886].
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.
68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".







Pendidkan Karakter yang terkandung pada surat Kahfi ayat 60 – 82 :
1.    Kesadaran Menuntut Ilmu
Nabi Musa mengajarkan pentingnya mencari ilmu, sampai beliau harus menempuh perjalanan panjang dan melelahkan. Seperti Ucapannya “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”. Di sini memberikan pelajaran seberat apapun rintangannya menuntut ilmu harus diupayakan karena merupakan kewajiban sebagai seorang muslim.
2.    Tidak Putus Asa
Meskipun telah menempuh perjalanan jauh dan sangat melelahkan namun belum menemukan apa yang di carinya, Nabi Musa tetap semangat untuk menemukan apa yang di carinya. Sebagaimana digambarkan akan keletihan beliau pada ayat 62 “Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
Juga Di kisahkan ketabahan Nabi Musa saat ditolak untuk berguru pada Khidzir, beliau tetap meminta dengan optimis, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
3.    Sopan Santun
Sopan santun terhadap guru dan berendah diri kepadanya tercermin dari permohonan Musa kepada Nabi Khidir, “ bolehkah aku mengikutimu agar kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”. Dari uraian ini dapat diambil garis merah bahwa nilai pendidikan yang terkandung dalan kisah Musa agar peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dan memiliki sikap sopan santun dan berendah diri
4.    Pemaaf
Dari hal tersebut, dalam kisah Nabi Musa kita dapat mengetahui bahwa.s.anya Musa berkali-kali mengalami kesalahan dan melanggar persyaratan yang telah disepakatinya. Namun Nabi Khidir sebagai seorang pendidik memaafkan kesalahan-kesalahannya, karena ia maklum akan tabiat dan ketidaktahuan Nabi Musa. Pandangan manusia terhadap masalah yang gaib akan berbeda dengan pandangan Allah atau orang yang telah diajari-Nya.
5.    Disiplin
Dalam kisah perjalanannya, Nabi Khidir menegakkan disiplin dengan berusaha untuk menerangkan apa yang disepakatinya sebelum pemberangkatan. Dari hal ini terlihat bahwa Nabi Khidir menggunakan metode uswatun hasanah atau memberi suri tauladan yang baik, yaitu selalu berdisiplin, menepati janji, dan sadar akan tujuan. Hukuman itu dijatuhkan bukan merupakan bala.s. dendam karena ulah muridnya, tapi merupakan wujud disiplin yang mesti ditegakkan. Ajaran tersebut merupakan bagian dari akhlak yang baik, dan dapat diambil sebagai pedoman bagi ma.s.yarakat muslim agar selalu disiplin, menepati janji dan lain-lain.
6.    Hati-hati / Tidak tergesa-gesa
Dalam ekspedisinya dengan Nabi Musa, Musa berkali-kali bertanya kepadanya tentang pelajaran yang belum berhak dipelajarinya secara tergesa-gesa. Namun Nabi Khidir menegurnya dengan tenang bahwa muridnya ini tidak akan bersabar. Dari peristiwa tersebut terlihat bahwa metode yang digunakan oleh Nabi Khidir adalah membiasakan diri agar tidak tergesa-gesa dalam menghukumi sesuatu, berdasarkan pada ilmu yang dimilikinya. Sebagaimana tersurat dalam ayat 67-68 “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku, dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?
7.    Memahami perbedaan pendapat.
Sebelum terjadi perlawatan terjadi persetujuan agar Musa tidak bertanya, karena semua akan dijelaskan nanti. Akan tetapi karena perbuatan gurunya bertolak belakang dengan syari’at yang dianjurkan dan diserukannya, maka setiap terjadi keganjilan, pada saat itu pula ditanyakan. Perbedaan pandangan ini dimengerti oleh gurunya, namun bagaimanapun ia harus mengingatkan kedisiplinan muridnya. Dengan sabar dan lemah lembut Nabi Khidir mengingatkan muridnya.
8.    Berjiwa besar
Nabi Musa setiap berbuat kesalahan selalu menyadarinya dan meminta maaf atas kesalahannya. Beliau tidak bersikap mencari pembenaran atas apa yang dilakukannya. Sebagaimana kutipan ayat "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".
9.    Sikap Kasih Sayang
Kasih saying khidzir terhadap Musa ditunjukkan melalui peringatan-peringatan beliau yang dilakukan dengan lemah lembut dan tidak ada unsure marah atas kesalahan yang dilakukan Musa. Hal ini menjadikan pendidikan bagi kita agar kita selalu memberikan pendidikan kepada siswa dengan penuh cinta dan kasih saying. Sebagaimana ucapan beliau, "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
10.  Rendah Hati
Dengan ilmunya yang tinggi Khidzir tidak berlaku sombong dengan ilmu yang dimilikinya. Apa yang dilakukannya semata-mata karena Keinginan Nabi Khidir akan keselamatan dan kebaikan Nabi Musa sebagai pembawa risalah kepada kaumnya, tercermin dari kesediaan beliau menerima kembali Musa berguru dengannya untuk melanjutkan perjalanan.
11.  Peduli dengan Rakyat kecil
Dari perjalanan mereka berdua Nabi musa menanyakan tentan perbuatan Khidzir yang melobangi perahu nelayan, ternyata Khidzir bermaksud menyelamatkan nelayan tersebut agar perahunya tidak dirampas oleh penguasa yang dholim. Sebagaimana tersurat pada ayat 79, “Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera”
12.  Pendidikan Tauhid
Kejadian kedua Khidzir yang tidak di mengerti oleh Musa ternyata mengandung hikmah besar, dimana khidzir berusaha menyelamatkan keimanan orang tua si anak durhaka, yang dikhawatirkan akan merongrong keimana orangtuanya. Sebagaimana ayat 80 - 81, “dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
13.  Kepekaan Sosial terhadap anak yatim
Walaupun tanpa imbalan apa-apa Khidzir rela melakukan pekerjaan yang melelahkan yang bertujuan menyelamatkan harta anak yatim. Pada ayat 82 disebutkan, “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Disini kita diberikan pelajaran bahwa menjaga anak yatim termasuk harta benda mereka adalah pekerjaan yang sangat berat, tetapi harus kita lakukan, karena itu kewajiban bagi setiap muslim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar