PENDIDIKAN
KARAKTER PADA KISAH KHIDZIR
ANALISA AYAT
Disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah
Pendekatan dan Strategi pendidikan Nilai
Dosen Pengampu : Prof. DR. H.M. FURQON HIDAYATULLAH
Oleh :
Muhammad Solichun
M1.11.015
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM
PASCASARJANA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2012
SURAT KAHFI AYAT 60
- 82
øÎ)ur ^$s% 4ÓyqãB çm9tFxÿÏ9 Iw ßytö/r& #_¨Lym x÷è=ö/r& yìyJôftB Ç`÷tóst7ø9$# ÷rr& zÓÅÓøBr& $Y7à)ãm ÇÏÉÈ $£Jn=sù $tón=t/ yìyJøgxC $yJÎgÏZ÷t/ $uÅ¡nS $yJßgs?qãm xsªB$$sù ¼ã&s#Î6y Îû Ìóst7ø9$# $\/u| ÇÏÊÈ $£Jn=sù #yur%y` tA$s% çm9tFxÿÏ9 $oYÏ?#uä $tRuä!#yxî ôs)s9 $uZÉ)s9 `ÏB $tRÌxÿy #x»yd $Y7|ÁtR ÇÏËÈ tA$s% |M÷uäur& øÎ) !$uZ÷urr& n<Î) Íot÷¢Á9$# ÎoTÎ*sù àMÅ¡nS |Nqçtø:$# !$tBur çmÏ^9|¡øSr& wÎ) ß`»sÜø¤±9$# ÷br& ¼çntä.ør& 4 xsªB$#ur ¼ã&s#Î6y Îû Ìóst7ø9$# $Y7pgx ÇÏÌÈ tA$s% y7Ï9ºs $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍÈ #yy`uqsù #Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä ZpyJômu ô`ÏiB $tRÏZÏã çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã ÇÏÎÈ tA$s% ¼çms9 4ÓyqãB ö@yd y7ãèÎ7¨?r& #n?tã br& Ç`yJÏk=yèè? $£JÏB |MôJÏk=ãã #Yô©â ÇÏÏÈ tA$s% y7¨RÎ) `s9 yìÏÜtGó¡n@ zÓÉëtB #Zö9|¹ ÇÏÐÈ y#øx.ur çÉ9óÁs? 4n?tã $tB óOs9 ñÝÏtéB ¾ÏmÎ/ #Zö9äz ÇÏÑÈ tA$s% þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# #\Î/$|¹ Iwur ÓÅÂôãr& y7s9 #\øBr& ÇÏÒÈ tA$s% ÈbÎ*sù ÓÍ_tF÷èt7¨?$# xsù ÓÍ_ù=t«ó¡s? `tã >äóÓx« #Ó¨Lym y^Ï÷né& y7s9 çm÷ZÏB #[ø.Ï ÇÐÉÈ $s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym #sÎ) $t6Ï.u Îû ÏpuZÏÿ¡¡9$# $ygs%tyz ( tA$s% $pktJø%tyzr& s-ÌøóçFÏ9 $ygn=÷dr& ôs)s9 |M÷¥Å_ $º«øx© #\øBÎ) ÇÐÊÈ tA$s% óOs9r& ö@è%r& ¨RÎ) `s9 yìÏÜtGó¡n@ zÓÉëtB #Zö9|¹ ÇÐËÈ tA$s% w ÎTõÅz#xsè? $yJÎ/ àMÅ¡nS wur ÓÍ_ø)Ïdöè? ô`ÏB ÌøBr& #Zô£ãã ÇÐÌÈ $s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym #sÎ) $uÉ)s9 $VJ»n=äñ ¼ã&s#tGs)sù tA$s% |Mù=tGs%r& $T¡øÿtR Op§Ï.y ÎötóÎ/ <§øÿtR ôs)©9 |M÷¥Å_ $\«øx© #[õ3R ÇÐÍÈ * tA$s% óOs9r& @è%r& y7©9 y7¨RÎ) `s9 yìÏÜtGó¡n@ zÓÉëtB #Zö9|¹ ÇÐÎÈ tA$s% bÎ) y7çGø9r'y `tã ¥äóÓx« $ydy÷èt/ xsù ÓÍ_ö6Ås»|Áè? ( ôs% |Møón=t/ `ÏB ÎoTß©9 #Yõãã ÇÐÏÈ $s)n=sÜR$$sù #Ó¨Lym !#sÎ) !$us?r& @÷dr& >ptös% !$yJyèôÜtGó$# $ygn=÷dr& (#öqt/r'sù br& $yJèdqàÿÍhÒã #yy`uqsù $pkÏù #Y#yÉ` ßÌã br& Ùs)Zt ¼çmtB$s%r'sù ( tA$s% öqs9 |Mø¤Ï© |NõyGs9 Ïmøn=tã #\ô_r& ÇÐÐÈ tA$s% #x»yd ä-#tÏù ÓÍ_øt/ y7ÏZ÷t/ur 4 y7ã¤Îm;tRé'y È@Írù'tGÎ/ $tB óOs9 ìÏÜtGó¡n@ Ïmøn=¨æ #·ö9|¹ ÇÐÑÈ $¨Br& èpoYÏÿ¡¡9$# ôMtR%s3sù tûüÅ3»|¡yJÏ9 tbqè=yJ÷èt Îû Ìóst7ø9$# Nur'sù ÷br& $pkz:Ïãr& tb%x.ur Nèduä!#uur Ô7Î=¨B äè{ù't ¨@ä. >puZÏÿy $Y7óÁxî ÇÐÒÈ $¨Br&ur ÞO»n=äóø9$# tb%s3sù çn#uqt/r& Èû÷üuZÏB÷sãB !$uZϱysù br& $yJßgs)Ïdöã $YZ»uøóèÛ #\øÿà2ur ÇÑÉÈ !$tR÷ur'sù br& $yJßgs9Ïö7ã $yJåk5u #Zöyz çm÷ZÏiB Zo4qx.y z>tø%r&ur $YH÷qâ ÇÑÊÈ $¨Br&ur â#yÅgø:$# tb%s3sù Èû÷üyJ»n=äóÏ9 Èû÷üyJÏKt Îû ÏpuZÏyJø9$# c%x.ur ¼çmtFøtrB Ö\x. $yJßg©9 tb%x.ur $yJèdqç/r& $[sÎ=»|¹ y#ur'sù y7/u br& !$tóè=ö7t $yJèd£ä©r& %y`Ì÷tGó¡tur $yJèdu\x. ZpyJômu `ÏiB y7Îi/¢ 4 $tBur ¼çmçGù=yèsù ô`tã ÌøBr& 4 y7Ï9ºs ã@Írù's? $tB óOs9 ìÏÜó¡n@ Ïmøn=¨æ #Zö9|¹ ÇÑËÈ
60.
dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya[885]: "Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun".
61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua
buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh,
berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita;
Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".
63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu
tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa
(menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk
menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan
cara yang aneh sekali".
64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang
kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di
antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[886].
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah
aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.
68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas
sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal
itu?"
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan
mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam
sesuatu urusanpun".
70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku,
Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku
sendiri menerangkannya kepadamu".
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala
keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa
kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?"
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku
telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama
dengan aku".
73. Musa berkata: "Janganlah kamu
menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu
kesulitan dalam urusanku".
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala
keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:
"Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".
75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah
kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar
bersamaku?"
76. Musa berkata: "Jika aku bertanya
kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan
aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala
keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada
penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka,
kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh,
Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau,
niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan
antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan
yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan
orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera
itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya
adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka
mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya
itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua
orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi
mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu
menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
Pendidkan Karakter yang terkandung pada surat Kahfi ayat 60 – 82 :
1. Kesadaran
Menuntut Ilmu
Nabi Musa mengajarkan pentingnya mencari ilmu,
sampai beliau harus menempuh perjalanan panjang dan melelahkan. Seperti
Ucapannya “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan
dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”. Di sini
memberikan pelajaran seberat apapun rintangannya menuntut ilmu harus diupayakan
karena merupakan kewajiban sebagai seorang muslim.
2. Tidak
Putus Asa
Meskipun
telah menempuh perjalanan jauh dan sangat melelahkan namun belum menemukan apa
yang di carinya, Nabi Musa tetap semangat untuk menemukan apa yang di carinya.
Sebagaimana digambarkan akan keletihan beliau pada ayat 62 “Bawalah
kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan
kita ini".
Juga
Di kisahkan ketabahan Nabi Musa saat ditolak untuk berguru pada Khidzir, beliau
tetap meminta dengan optimis, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai
orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
3. Sopan
Santun
Sopan santun terhadap guru dan berendah diri
kepadanya tercermin dari permohonan Musa kepada Nabi Khidir, “ bolehkah
aku mengikutimu agar kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”. Dari uraian ini dapat
diambil garis merah bahwa nilai pendidikan yang terkandung dalan kisah Musa
agar peserta didik memiliki motivasi yang tinggi dan memiliki sikap sopan
santun dan berendah diri
4. Pemaaf
Dari hal tersebut, dalam kisah Nabi Musa kita
dapat mengetahui bahwa.s.anya Musa berkali-kali mengalami kesalahan dan
melanggar persyaratan yang telah disepakatinya. Namun Nabi Khidir sebagai
seorang pendidik memaafkan kesalahan-kesalahannya, karena ia maklum akan tabiat
dan ketidaktahuan Nabi Musa. Pandangan manusia terhadap masalah yang gaib akan
berbeda dengan pandangan Allah atau orang yang telah diajari-Nya.
5. Disiplin
Dalam kisah perjalanannya, Nabi Khidir
menegakkan disiplin dengan berusaha untuk menerangkan apa yang disepakatinya
sebelum pemberangkatan. Dari hal ini terlihat bahwa Nabi Khidir menggunakan
metode uswatun hasanah atau memberi suri tauladan yang baik, yaitu selalu
berdisiplin, menepati janji, dan sadar akan tujuan. Hukuman itu dijatuhkan
bukan merupakan bala.s. dendam karena ulah muridnya, tapi merupakan wujud
disiplin yang mesti ditegakkan. Ajaran tersebut merupakan bagian dari akhlak
yang baik, dan dapat diambil sebagai pedoman bagi ma.s.yarakat muslim agar
selalu disiplin, menepati janji dan lain-lain.
6. Hati-hati
/ Tidak tergesa-gesa
Dalam
ekspedisinya dengan Nabi Musa, Musa berkali-kali bertanya kepadanya tentang
pelajaran yang belum berhak dipelajarinya secara tergesa-gesa. Namun Nabi
Khidir menegurnya dengan tenang bahwa muridnya ini tidak akan bersabar. Dari
peristiwa tersebut terlihat bahwa metode yang digunakan oleh Nabi Khidir adalah
membiasakan diri agar tidak tergesa-gesa dalam menghukumi sesuatu, berdasarkan
pada ilmu yang dimilikinya. Sebagaimana tersurat dalam ayat 67-68 “Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku, dan bagaimana kamu dapat
sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
hal itu?
7. Memahami
perbedaan pendapat.
Sebelum terjadi perlawatan terjadi persetujuan
agar Musa tidak bertanya, karena semua akan dijelaskan nanti. Akan tetapi
karena perbuatan gurunya bertolak belakang dengan syari’at yang dianjurkan dan
diserukannya, maka setiap terjadi keganjilan, pada saat itu pula ditanyakan.
Perbedaan pandangan ini dimengerti oleh gurunya, namun bagaimanapun ia harus
mengingatkan kedisiplinan muridnya. Dengan sabar dan lemah lembut Nabi Khidir
mengingatkan muridnya.
8. Berjiwa
besar
Nabi Musa setiap berbuat kesalahan selalu
menyadarinya dan meminta maaf atas kesalahannya. Beliau tidak bersikap mencari
pembenaran atas apa yang dilakukannya. Sebagaimana kutipan ayat "Janganlah
kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan
sesuatu kesulitan dalam urusanku".
9. Sikap
Kasih Sayang
Kasih
saying khidzir terhadap Musa ditunjukkan melalui peringatan-peringatan beliau
yang dilakukan dengan lemah lembut dan tidak ada unsure marah atas kesalahan
yang dilakukan Musa. Hal ini menjadikan pendidikan bagi kita agar kita selalu
memberikan pendidikan kepada siswa dengan penuh cinta dan kasih saying.
Sebagaimana ucapan beliau, "Bukankah aku telah berkata:
"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".
10. Rendah
Hati
Dengan ilmunya yang tinggi Khidzir tidak
berlaku sombong dengan ilmu yang dimilikinya. Apa yang dilakukannya semata-mata
karena Keinginan Nabi Khidir akan keselamatan dan kebaikan Nabi Musa sebagai
pembawa risalah kepada kaumnya, tercermin dari kesediaan beliau menerima
kembali Musa berguru dengannya untuk melanjutkan perjalanan.
11. Peduli
dengan Rakyat kecil
Dari perjalanan mereka berdua Nabi musa
menanyakan tentan perbuatan Khidzir yang melobangi perahu nelayan, ternyata
Khidzir bermaksud menyelamatkan nelayan tersebut agar perahunya tidak dirampas
oleh penguasa yang dholim. Sebagaimana tersurat pada ayat 79, “Adapun
bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku
bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja
yang merampas tiap-tiap bahtera”
12. Pendidikan
Tauhid
Kejadian kedua Khidzir yang tidak di mengerti
oleh Musa ternyata mengandung hikmah besar, dimana khidzir berusaha
menyelamatkan keimanan orang tua si anak durhaka, yang dikhawatirkan akan
merongrong keimana orangtuanya. Sebagaimana ayat 80 - 81, “dan Adapun
anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa
Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. dan
Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya
(kepada ibu bapaknya).
13. Kepekaan
Sosial terhadap anak yatim
Walaupun tanpa imbalan apa-apa Khidzir rela
melakukan pekerjaan yang melelahkan yang bertujuan menyelamatkan harta anak
yatim. Pada ayat 82 disebutkan, “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan
dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi
mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Disini kita diberikan
pelajaran bahwa menjaga anak yatim termasuk harta benda mereka adalah pekerjaan
yang sangat berat, tetapi harus kita lakukan, karena itu kewajiban bagi setiap
muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar