WRITING OBJECTIVE TEST
ITEMS
( MENULIS SOAL –SOAL TES
OBJEKTIF )
CHAPTER 5 ( 34 – 41)
Norman E. Gronlund.1973. PREPARING
CRITERION – REFERENCED TESTS FOR CLASSROOM INSTRUCTION. New York : The
Macmillan Company.
Disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI.
Dosen Pengampu : Prof. Dr.
Madyo Eko Susilo, M.Ed.
CHAPTER REPORT
Disusun
Oleh :
Muhammad Solichun
NIM : M1.11.015
Muhtar Yahya NIM : M1.11.016
Rina Priarni NIM : M1.11.017
Sholihah NIM : M1.11.018
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
SALATIGA
BAGIAN
I
CHAPTER
REPORT
Bagian ke lima
Menulis
Soal – Soal Tes Objektif
Kunci dari tes yang paling efektif adalah menuliskan soal
tes yang membedakan antara mengukur siswa yang telah mencapai hasil
pembelajaran dan siswa yang tidak mencapi hasil pembelajaran. Tidak ada isi dan
susunan soal yang hambatan siswa yang pandai dalam menanggapi dengan benar.
Pada situasi yang sama tidak menutup kemungkinan siswa yang kurang pandai juga
bisa menjawab soal dengan benar pula. Soal tes yang ideal akan dibuat untuk siswa
yang pandai dan hanya mereka yang
bisa menjawab soal tersebut dengan benar. Aturan dalam penyusunan soal berikut
ini dimaksudkan sebagai petunjuk untuk penulisan soal. Penjelasan mengenai
penulisan soal yang lebih spesifik dan detail akan ditemukan dalam buku teks pengukuran.
(Grounlund, 1928,1971)
Gambaran dalam penulisan soal yang dihadirkan dalam
bagian ini berdasarkan pada bagian cuaca yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya untuk menggambarkan perencanaan tes.
Peraturan
Umum dalam Penulisan Tes Objektif
Tujuan penulisan soal tes yang baik adalah sebuah seni
yang membutuhkan banyak latihan. Bahkan seorang pemula bisa menulis soal dengan
kualitas yang cukup bagus dengan mengikuti aturan yang sederhana tapi sangat
penting. Disini kita akan menghadirkan aturan umum tentang penulisan soal dan
bagian berikutnya aturan khusus untuk setiap soal yang lebih spesifik yang akan
di susun. Meskipun aturan ini bisa diterapkan dua tes yang merujuk pada norma
dan criteria, kedua test tersebut memiliki makna khusus nantinya karena
disinilah setiap soal tes digunakan sebagai pengukuran langsung dari hasil
pembelajaran.
1. Tulislah
soal tes sehingga memunculkan perilaku khusus yang menggambarkan hasil
pembelajaran. Proses mempersiapkan soal tes yang secara langsung yang berkaitan
dengan hasil pembelajaran khusus yang diukur merupakan persoalan tentang
keputusan yang logis. Hal itu terdiri dari mencocokkan masing tes dengan tugas
hasil khusus dalam hasil pembelajaran dan menilai kecocokan mereka. Contoh soal
tes dalam bab yang diawal menggambarkan kesesuaian antara tugas tes dan hasil
yang diharapkan. Pendekatan dengan menggunakan tata cara yang lebih sistematis yang menghubungkan
tugas tes dengan hasil pembelajaran akan ditelusuri (Glaser dan Nitko, 1971)
namun, pada tahapan perkembangan ini mereka membatasi penerapannya hanya untuk
pembuatan tes kelas.
2. Tulislah
soal tes sehingga tugas yang ditampilkan jelas dan pasti. Hal ini dicapai
dengan rumusan masalah yang teliti, mengungkapkannya dalam bahasa sederhana dan
langsung, dan mengikuti aturan untuk tatabahasa dan tanda baca yang benar. Ketidakjelan
atau ambiguitas adalah bentuk soal test yang kurang baik dan penggunaan bahasa
yang efektif adalah cara untuk mengatasinya. Setiap soal harus diutarakan
dengan hati-hati sehingga maksud dari soal tersebut jelas dan dipahami siwsa.
Kita tidak ingin siswa kita gagal menjawab soal karena dia tidak faham dengan
bentuk soal yang sesuai dengan apa yang siswa pikirkan.
3. Tulislah
soal test sehingga soal itu bebas dari materi yang tidak bermanfaat. Biasanya
soal tes hanya berisi materi yang secara langsung sesuai dengan masalah yang
ada. Untuk menambah materi yang tidak relevan pada tujuan yang dimaksud akan
memperpanjang/memperbanya soal dan dalam beberapa hal akan membingungkan siswa
atau menyediakan petunjuk untuk jawaban. Perhatikan pemilihan kata berikut
dalam soal jawaban pendek.
Laporan
cuaca hari ini lebih akurat karena jumlah peralatan digunakan untuk mengukur
cuaca. Sebutkan dua diantaranya.
Guru ini ingin siswanya untuk “
menyebutkan 2 alat yang digunakan untuk mengukur cuaca”. Kenapa tidak menggunakan
pernyataan pendek? Jenis soal yang panjang lama cukup memperluasan cakupan
penafsiran baca dan tidak berperan dalam menjelaskan masalah. Pada
kenyataannya, beberapa siswa bisa saja berusaha menyebutkan 2 tipe laporan
cuaca.
4. Tulislah
soal tes denga jelas agar factor yang tidak sesuai tidak mengecoh siswa dari jawaban yang benar. Soal tes
seharusnya di buat untuk memunculkan hasil tertentu. Untuk memunculkan hasil
ini, pengaruh factor yang tidak sesuai pada tujuan utama dari soal seharusnya
dikurangi sebanyak mungkin. Hasil tes, misalnya, harus memperhatikan stuktur
kosa kata dan susunan kalimat dibuat sesederhana mungkin untuk mencegah
kesalahan membaca dari membalikkan hasil. Seperti, tes matematika seharusnya
menjaga kemampuan berhitung yang rendah sehingga keberhasilan dan kegagalan
mencerminkan perbedaan kemampuan melogika daripada perbedaan dalam kemampuan
berhitung. Reaksi soal tes biasanya meliputi lebih dari satu tipe perilaku. Apa
yang perlu kita lakukan adalah menulis soal tes memaksimalkan perilaku yang
tergambar dalam hasil pembelajaran dan meminimalkan semua pengaruhnya.
5. Tulislah
soal test sehingga petunjuk yang tidak sesuai tidak membawa siswa pada jawaban
yang benar. Dalam memusatkan perhatian pada persiapan soal tes yang mengacu
pada perilaku khusus menggambarkan hasil pembelajaran khusus, petunjuk yang
tidak sesuai dengan jawaban yang benar mungkin saja tidak sengaja dimunculkan
dalam soal. Beberapa tipe petunjuk yang lebih umum antara lain (1)
ketidakseragaman tata bahasa yang mengesampingkan beberapa atau semua
kemungkinan jawaban salah, (2) himpunan lisan yang membuat jawaban benar terlihat jelas, (3)
kepastian khusus, seperti “sewaktu-waktu” atau “selallu”, yang meningkatkan
kemungkinan bahwa pernyataan akan menjadi benar atau tida benar, dan (4) factor
yang bermacam-macam, seperti kecenderungan pernyataan yang lebih panjang dan
detail. Berhati-hati dalam membuat
petunjuk memungkinkan untuk menghindari sebagian besar pembuatan petunjuk
yang tidak sesuai selama menulis soal. Tanyakan kepada sesama guru untuk
meninjau kembali soal telah disusun juga merupakan sebuah metode yang berguna untuk menemukan petunjuk yang mungkin
mengarah pada siswa yang kurang berprestasi untuk menjawab dengan betul.
6. Tulislah
soal tes sehingga soal itu tidak menyediakan petunjuk untuk menjawab soal lain
dalam tes. Setidaknya perlakuan khusus diberlakukan selama menulis soal,
materinya meliputi satu soal meungkin menyediakan jawaban atau sebagain jawaban
terhadap soal lain. Hal ini sepertinya terjadi dimana tipe soal yang disediakan
dan dipilih termasuk dalam satu soal tes. Misalnya, tanggal atau nama yang
disebut untuk pertanyaan jawaban singkat mungkin secara tidak sengaja meliputi
cabang dari soal pilihan ganda. Sebagaimana tipe petunjuk lain, kesadaran akan
masalah dan meninjau ulang soal sebelum menghimpunnya dalam satu tes biasanya
cukup bisa menghindari kesalahan.
7. Tulislah
soal tes sehingga soal itu berada pada tingkat kesulitan yang pantas. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, tingkat kesulitan soal tes tergantung pada
tipe tes yang kita siapkan. Untuk tes penguasaan yang merujuk pada criteria,
kesulitan soalnya ditentukan oleh pembawaan khusus hasil pembelajaran yang
diukur. Biasanya, hasil tingkat penguasaan terdapat tingkat kesulitan yang
rendah dan tidak seharusnya berusaha meningkatkan tingkat kesulitan begitu saja
untuk memperoleh nilai. Ketika menyiapkan tes untuk mengukur tingkat prestasi
dibalik penguasaan, bagaimanapun juga, tingkat kesulitan setiap setuap tujuan
diinginkan. Berkaitan dengan hal tersebut, kita perlu menentukan tingkat
kesulitan dari yang mudah sampai yang sulit sehingga kita bisa mengukur proses
setiap siswa terhadap tujuan yang tidak pernah dapat dicapai sepenuhnya. Jadi,
tingkat kesulitan soal tidak perlu diukur dari penguasaan pokok minimum, tapi
perlu menentukan tingkat maksimum yang diperoleh siswa.
8. Tulislah
soal tes sehingga jawaban yang benar adalah jawaban yang disetujui oleh para
ahli. Biasanya ada sedikit kesulitan dalam criteria ini ketika menyusun soal
untuk mengukur pengetahuan tentang informasi yang sebenarnya. Pertanyaannya
adalah siapa, apa, kapan dimana yang biasanya memiliki satu jawaban yang benar.
Hal itu kita perhatikan ketika menyusun soal pada tingkat pemahaman, penerapan,
dan penafsiran. Contohnya; kita mungkin mengharapkan siswa untuk menunjukkan
alasan terbaik dari sebuah peristiwa, metode terbaik yang digunakan, atau
membuat penafsiran terbaik. Ini masalah pandapat yang memerlukan jawaban yang
terbaik dan diketahui sebagaimana peristiwa itu terjadi.
9. Tulislah
soal tes dalam bentuk soal positif. Ada 3 alasan bagus untuk mengungkapkan soal
dalam bentuk positif. Pertama, dari sudut pandang pembelajaran, hal itu bisanya
sangat menarik untuk menekankan fakta, konsep dan prinsip yang kita harapkan
bagi siswa untuk mempelajarinya, dari pada pengecualian untuk mereka. Kedua,
fakta bahwa siswa tahu perkara apa yang tidak menyediakan jaminan yang mereka
tahu apa itu perkaranya. Contoh, dia mungkin tahu “mendekatnya arus udara
dingin tidak menandai munculnya awan tipis” tapi tidak tahu tipe awan yang
menandai mendekatnya arus udara dingin. Ketiga, kata “tidak” harus seringkali diabaikan dalam soal tes dan
tanggapan siswa karena menganggap pernyataan yang positif. Maka, setidaknya
hasil pembelajaran secara khusus digunakan untuk mengenali pengecualian, hal
itu lebih baik menuliskan soal tes dengan bentuk positif.
10. Tulislah
soal tes secukupnya untuk mengukur hasil pembelajaran. Sebagaimana telah
dijelaskan di awal, tabel rincian dapat digunakan sebagai pedoman dalam menulis
soal. Jumlah soal yang dibutuhkan untuk mengukur setiap tujuan dan setiap isi
dituangkan dalam tabel. Dimana hal itu ingin ditafsirkan hasil tesnya pada
setiap hasil pembelajaran, sebisanya setiap tujuan umum, bagaimanapun juga, hal
itu perlu mengikutsertakan beberapa soal tes untuk setiap hasil pembelajaran.
Hal ini tentu saja mengharuskan pengembangan tabel perincian dan perpanjangan
tes. Poin utama yang perlu ditekankan disini adalah soal tes harus berisi
sejumlah soal yang cukup berkualitas untuk tipe soal penafsiran dan proses
penulisan soal menyediakan kesempatan untuk membuat tanda akhir pada contoh tes
yang secukupnya.
Menyusun
Tes Jawaban Singkat
Soal tes jawaban singkat ditulis dalam bentuk pertanyaan
atau penyelesaian sebagia berikut:
Apa nama alat yang
digunakan untuk mengukur kelembaban udara? (higrometer)
Alat
yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara disebut … (higrometer)
Bentuk pertanyaanya adalah bisanya lebih alami untuk
siswa SD dan lebih cenderung pada hasil dalam rumusan masalah yang jelas.
Bentuk penyelesaian seringkali di tulis lebih singkat, tapi perlakuan khusus
diperlukan dalam menyampaikan pertanyaan
sehingga hanya ada satu kemungkinan jawaban.
Soal jawaban singkat terutama berguna untuk mengukur
pengetahuan terbaru dan kemampuan mengatasi sejumlah masalah. Soal jawaban singkat tidak beradaptasi dengan
baik untuk mengukur nilai pada tingkat pemahaman dan penerapan. Maka soal
tersebut lebih berguna pada soal penguasaan yang merujuk pada criteria dari
pada soal yang dibuat untuk tingkat perkembangan.
Sebagai tambahan untuk aturan umum dalam menulis soal
tes, ada beberapa aturan khusus yang diterapkan dalam soal jawaban singkat.
Aturan dalam menulis soal jawaban singkat
1. Tulislah
soal sehingga jawaban dibatasi dalam jumlah, kata atau ungkapan singkat.
2. Buatlah
soal sehingga hanya satu tangapan yang benar.
3. Buatlah
lembar jawab yang panjangnya sama (untuk mencegah petunjuk yang terlalu
panjang)
4. Tempatkan
lembar jawaban pada akhir pernyataan.
5. Untuk
jawaban angka, menunjukkan tinggat ketepatan yang diharapkan (contoh; 2 tempat
decimal).
Soal jawaban singkat cukup mudah untuk disusun, tapi
menulis soal yang hanya memiliki satu tanggapan/jawaban yang benar membutuhkan
perhatian khusus dalam membuat pernyataan.
Menyusun Tes Pilihan
Ganda
Soal pilihan ganda merupakan sebuah
batang soal yang disajikan dalam pertanyaan atau bentuk pernyataan yang tidak
lengkap, atau beberapa pilihan jawaban. Jawaban yang tepat disebut dengan
alternatif, sementara itu pilihan jawaban yang tidak tepat disebut
pengganggu/pengecoh. Di mana fungsinya adalah untuk mengecoh siswa yang kurang
menguasai hasil pembelajaran yang diukur dengan soal tersebut. Contoh soal
berikut ini akan menggambarkan penggunaan batang pertanyaan yang dijelaskan
dalam bentuk pertanyaan dan dalam bentuk melengkapi pernyataan:
Di antara alat berikut ini manakah yang paling berguna
untuk memprediksikan cuaca?
a. Anemometer
b. Barometer
c. Hygrometer
d. Thermometer
Skala Beaufort pada cuaca digunakan untuk menunjukan….
a. Tekanan
udara
b. Temperature
udara
c. Curah
hujan
d. Kecepatan
angin
Batang soal pada butir soal harus
menunjukkan suatu permasalahan yang jelas. Hal ini paling mudah dijumpai dalam
soal yang berbentuk pertanyaan. Latihan soal yang tepat bagi pemula adalah
dimulai dengan bentuk pertanyaan yang kemudian diubah dalam bentuk melengkapi
sebuah pernyataan jika jawaban pertanyaan tersebut merupakan jawaban singkat.
Soal bentuk pilihan ganda sangat berguna
untuk mengukur tingkat hasil pembelajaran dari sebuah ilmu pengetahuan, tingkat
pemahaman, serta tingkat pengaplikasiannya/penerapannya. Karena berbagai bentuk
kecerdasan yang terdapat didalamnya, soal pilihan ganda sering digunakan dalam
jenis soal objektif. Dimana harus memilih satu jawaban, bukan memberikan
jawaban, oleh sebab itu langkah awal adalah dengan menulis soal pilihan ganda.
Perubahan bentuk soal dari tipe yang satu ke tipe yang lainnya, harus
dipertimbangkan karena hanya bisa dilakukan jika ada beberapa keuntungan yang
sama. Sebagai contohnya, dimana ketika hanya ada dua pilihan (up/down), lebih
tepat jika diubah menjadi bentuk soal benar atau salah. Sama halnya, ketika ada
kelompok yang homogen (sejenis) yang saling dihubungkan (contoh: simbol peta
dengan namanya), diubah dalam bentuk soal pencocokan akan lebih bermanfaat.
Selain hal khusus tersebut, bagaimanapun juga, soal pilihan ganda lebih baik
digunakan dalam tipe soal pilihan dalam bentuk apapun yang cocok untuk mengukur
hasil pembelajaran.
Semua atauran penyusunan soal, seperti
yang telah dibahas sebelumnya, diterapkan dalam pembuatan soal pilihan ganda.
Selain itu, ada beberapa aturan khusus dalam penyusunan soal pilihan ganda yang
bisa digunakan sebagai petunjuk:
Aturan dalam menulis soal pilihan ganda:
1. Tulis
batang soal yang menunjukkan sebuah masalah yang jelas.
2. Buatlah
soal singkat dan jelas (hindari panjang lebar dan stuktur kalimat yang komplek)
3. Jika
batang soal menunjukkan pengecualian, maka tegaskanlah (sebagai contohnya,
berikut ini… KECUALI…)
4. Buatlah
pilihan jawaban yang ringkas (letakkan semua kata-kata yang umum dalam batang
soal)
5. Buat
pilihan jawaban yang sama dalam bentuknya dan struktur kalimat yang tetap
dengan batang soal.
6. Buat
jawaban penjebak yang masuk akal untuk siswa yang kurang paham (gunakan
kesalahan yang umum digunakan dan salah paham)
7. Hindari
petunjuk yang mengarahkan ke jawaban yang benar (hubungan verbal, bahasa buku,
panjang jawaban, serta struktur kalimat)
8. Letakkan
jawaban dalam susunan abjad dan jawaban angka dalam susunan numeric
9. Hindari
menggunakan jawaban “semuanya salah” atau “semuanya benar”
10. Cek
kembali kejelasan semua soal dan hubungannnya dengan materi pembelajran yang
diukur.
Ketika soal pilihan ganda disusun untuk
mengukur semua nilai (pemahaman dan penerapannya), beberapa hal baru sangat
penting. Jika siswa diminta untuk mengidentifikasi sebuah contoh dari sebuah
prinsip, sebagai contohnya, contoh tersebut merupakan satu-satunya yang tidak
dimasukkan dalam instruksi. Dengan cara yang sama, dalam penerapannya, mereka
diminta untuk membuat situasai yang baru bagi mereka. Jika siswa diminta untuk
mengidentifikasi contoh dan membuat aplikasi yang mengidentifikasi untuk hal
yang ditemukan dalam intruksi, respon mereka akan mencerminkan tidak lebih dari
apa yang telah mereka pelajari. Selain alasan tersebut, atauran penulisan soal
pilihan ganda di atas diaplikasikan untuk semua soal untuk semua tingkat
pembelajaran.
Menyusun Tes Benar Salah
Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, soal bentuk benar atau salah dibatasi oleh dua pilihan jawaban.
Soal berikut ini menggambarkan penggunaanya:
T* F
ketika dingin bergerak maju melewati suatu tempat, maka arah angin
berubah
Hal ini perlu diperhatikan bahwa ada
situasi yang relatif kecil, seperti contoh tersebut, dimana hanya ada dua
pilihan jawaban yang mungkin (yaitu arah angin berubah atau tidak berubah).
Meskipun di sini mungkin lebih baik untuk mengubah pilihan ganda dan meminta
siswa untuk mengidentifikasi arah perubahan angin. Solah seperti ini akan
nampak menjadi hasil yang lebih penting.
Ketika dingin bergerak maju melewati suatu tempat, arah
angin biasanya berubah dari…
a. Timur
ke barat
b. Utara
ke selatan
c. Selatan
ke utara*
d. Barat
ke timur
Cara singkat untuk mengerjakan soal
benar atau salah, yang mana ada lebih dari dua pilihan jawaban, sadarilah bahwa
pilihan “salah” mungkin merupakan jawaban yang benar yang ditandai dalam
kesalahpahamaan yang mendasar. Bacalah soal berikut sebagai contohnya:
T F*
Angin dengan kecepatan 10 mili per jam diindikasikan dengan skala Beaufort
nomer 5.
Siswa mungkin akan memilih jawaban salah
tanpa mengetahui angka skala Beaufort yang benar adalah 3. Pada kenyataannya,
siswa yang kurang paham mungkin akan berpikir bahwa anagka Beaufort yang benar
adalah angka 10. Dia memilih jawaban salah dan menerima 1 poin minus
atas kurangnya pengetahuan yang dia miliki. Tentu saja siswa yang berpikiran
angka yang benar dalah 1, 2, 4, 6, 7, 8, atau 9 juga memilih jawaban salah dan
menerima 1 poin minus atas
kesalahpahaman mereka. Singkatnya, dimana ada beberapa pilihan jawaban yang
mungkin, memilih pilihan salah, yang merupakan jawaban salah tidak menjamin
bahwa siswa mengetahui jawaban yang benar. Dalam masalah khusus, soal jawaban
pendek mengenalkan siswa untuk memberikan jawaban angka Beaufort menjadi ukuran
yang lebih baik.
Meskipun soal bentuk benar atau salah
dibatasi oleh situasi dimana hanya ada dua pilihan jawaban, ada faktor-faktor
yang membatasi enggunaanya dalam tes yang mengacu pada kriteria. Pertama,
karena siswa dapat menjawab 50% dari soal tersebut dengan benar dengan menebak
saja, maka ini sulit untuk membedakan pengusaan sebagai hasil pembelajaran yang
memuaskan. Kedua, soal tersebut tidak menyediakan informasi diagnostik. Jawaban
yang salah disajikan dalam test jawaban singkat, dan jawaban salah pada pilihan
jawaban yang disajikan dalam tes pilihan ganda, sebagai contohnya, keduanya
menyajikan petunujuk kesalahan yang umum atau kesalahpahaman siswa. Ketiga,
soal bentuk benar atau salah dibatasi untuk pengukuran hasil pembelajaran yang
relative sederhana, seperti pengetahuan tentang informasi fakta.
Jika soal bentuk benar atau salah
digunakan, perhatian khusus dibutuhkan dalam penulisan yang jelas, dan menggunakan
pernyataan yang tidak ambigu. Berikut ini aturan dalam menulis butiran soal
tersebut:
Aturan dalam menulis soal bentuk benar atau salah
1. Buatlah
bentuk soal benar atau salah jika tipe ini lebih tepat digunakan daripada tipe
soal lainnya (hanya dua kemungkinan jawaban).
2. Buatlah
pernyataan yang memetapkan bahwa itu benar atau salah (hindari pernytaan benar
secara terpisah)
3. Buatlah
pernyataan tersebut dengan jelas (hindari kalimat yang tidak jelas dan struktur
yang rumit)
4. Hindari
pernyataan negative. (khususnya penggunaan negative dobel )
5. Hindari
penggunaan petunjuk tertentu (seprti, selalu, tidak pernah, kadang-kadang,
mungkin)
6. Buat
pernyataan benar atau salah dengan tepat dan seimbang antara panjangnya dan
jumlahnya (untuk mengindari jawaban
tebakan yang benar).
Karena keterbatassannya, soal bentuk
benar atau salah paling tepat digunakan untuk mengulas atau diskusi. Ini juga
cocok digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa pada contoh tertentu yang
jarang digunakan. Itu adalah , dimana hanya ada dua kemungkinan jawaban dan
soal tersebut menyajikan pengukuran secara langsung dari sebuah hasil
pembelajaran yang penting (sebagai contohnya, perbedaan antara sebab dan
akibat, fakta dan opini).
Menyusun soal
Menjodohkan
Soal bentuk pencocokan merupakan bentuk
khusus dari soal pilihan ganda. Soal semacam ini digunakan ketika soal pilihan
ganda memiliki rangkaian alternatif yang umum. Dalam hal seperti ini lebih
tepat untuk menyusun batang soal atau premis/pernyataan dalam satu kolom dan
alternatif jawabannya dalam kolom lainnya. Hal ini, tentu saja membuat kita
untuk tidak mengulang alternative jawaban yang sama lagi dan lagi untuk setiap
batang soal. Soal berikut ini, menjelasskan bagaimana alternative jawaban di
kolom B dapat diletakkan pada setiap pernyataan di kolom A untuk membuat 5 soal
pilihan ganda yang terpisah.
Petunjuk:
Pada garis di sebelah kiri kolom A, tulislah huruf yang sesuai dengan nama awan
yang ada pada kolom B. Setiap nama awan pada kolom B mungkin digunakan sekali,
lebih atau tidak digunakan sama sekali.
Kolom
A
|
Kolom
B
|
C 1. Rendah,
berwarna abu-abu
|
A.
Cirrus
|
A 2. Tinggi,
tipis, dan terlihat lembut
|
B.
Cummulus
|
B 3. Tingginya rata-rata,
tebal, terlihat putih dan lembut
|
C.
Stratus
|
B 4.
Ditandai dengan dingin
A 5.
Ditandai dengan hangat
|
|
Contoh soal diatas
menggambarkan elemen yang penting dari sebuah soal pencocokan yang bagus.
Materinya sejenis/homogen (jenis awan dan karakteristiknya), soal yang
dijodohkan pendek dan tidak samarata (alternatif jawabannya lebih sedikit),
jawaban singkat ditempatkan disebelah kanan (mudah untuk diamati), dan
alternatif jawabannya masuk akal untuk setiap premis (bisa digunakan lebih dari
satu kali).
Karena soal pencocokan
digunakan untuk mengukur kemampuan untuk menghubungkan dua hal, maka soal
tersebut dibatasai oleh hasil pembelajaran yang relatif sederhana. Untuk
mengubah soal pilihan ganda menjadi bentuk pencocokan hanya dilakukan jika
makna yang disajikan lebih tepat untuk mengukur hasil pembelajaran yang sama.
Aturan penyusunan soal
pencocokan
1.
Buatlah soal yang
homogen/sejenis.
2.
Buatlah soal yang
relative pendek
3.
Buatlah daftar
jawaban lebih panjang atau lebih pendek dari premis.
4.
Tempatkan jawaban
singkat di sebelah kanan secra urut (abjad) atau angka.
5.
Tulislah petunjuk
yang menunjukkan dasar pencocokan dan jawabnnya mungkin bisa digunakan lebih
dari satu kali.
Seperti halnya dengan tipe
soal lainnya, beberapa aturan tersebut mungkin sebagai tambahan sebagai aturan
pada umumnya untuk penyusunan soal objektif.
BAGIAN DUA
PEMBAHASAN
A. Pengertian Test Objektif
Yang dimaksud dengan test objektif adalah tes yang dibuat
sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai
oleh siapa pun akan menghasilkan score yang sama.[1]
Tes ini disebut juga short answer test , karena jawaban pendek – pendek
dan ringkas. Si penjawab atau orang yang dites tinggal memilih, mengisi,
menjodohkan, dan sebagainya, dengan menggunakan tanda-tanda seperti tertera
dalam soal atau suruhan.
B. Kelebihan dan kelemahan
Test Objektif
1. Kelebihan
a) Mengandung lebih banyak
segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas
bahan, lebih obyektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subyektif
baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b) Lebih mudah dan cepat
cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil
kemajuan teknologi.
c) Pemeriksaannya dapat
diserahkan orang lain
d) Dalam pemeriksaan, tidak
ada unsur subyektif yang mempengaruhi.
2. Kelemahan
a) Persiapan untuk
menyusunnya jauh lebih sulit.
b) Soal –soalnya cenderung
untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk
mengukur proses mental yang tinggi
c) Banyak kesempatan untuk
main untung – untungan
d) Kerjasama antar siswa
lebih terbuka lebar.
a) Kesulitan menyusun tes
obyektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus
b) Menggunakan tabel
spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua
c) Menggunakan norma
(standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang
bersifat spekulatif itu.
C. Perbedaan Test Objektif
dan Test Essay
Ditinjau dari
|
Test Objective
|
Test Essay
|
Taksonomi hasil yang diukur
|
Baik untuk mengukur hasil belajar tingkat : knowledge,
comprehension, aplikasi, dan analisa. Tidak cocok untuk tingkat sintesa, dan
evaluasi
|
Tidak efisien untuk knowledge
Baik untuk komprehensi, aplikasi dan analisa
Sangat baik untuk tingkat sintesa, dan evaluasi
|
Sampling (Isi / Bahan)
|
Karena menggunakan jumlah item yang banyak,dapat
mencakup/mewakili bahan pelajaran yang luas pula
|
Karena menggunakan jumlah soal yag relatif kecil, hanya
mencakup bahan yang terbatas (tidak dapat mewakili isi bahan yang luas)
|
Persiapan membuat soal
|
Mempersiapkan item adalah yang sukar dan memakan waktu
|
Mempersiapkan item yang baik adalah sukar, tetapi lebih
mudah daripada mempersiapkan soal obyektif
|
Penskoran
|
Objektif, sederhana, dan reliabilitass tinggi
|
Subyektif, sukar, dan kurang reliabel
|
Kemungkinan
|
Mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan,
dan menganalisa ide –ide orang lain
|
Mendorong siswa untuk mengorganisasi, mengintegrasikan
ide-idenya sendiri
|
D. Kelemahan dan Kelebihan
dari macam - macam test Objektif
1. Test Jawaban Singkat
a. Kelebihan
1) Mudah dalam pembuatan soal
2) Kemungknan menebak jawaban sangat sulit
3) Cocok untuk soal- soal hitungan
4) Hasil- hasil
pengetahuan dapat diukur secara luas
b. Kelemahan
1) Sulit menyusun kata- kata yang jawabannya hanya satu.
2) Tidak cocok untuk
mengukur hasil- hasil belajar yang komplek.
3) Penilaian menjemukan da memerlukan waktu banyak.
2. Test Pilihan Ganda (Multiple
Choice)
a. Kelebihan
1) Dapat digunakan untuk
mengukur semua jenjang kemampuan berpikir dalam ranah kognitif
2) Memperkecil kemungkinan
menebak benar kunci jawaban
3) Dapat dibuat menjadi
bayak ragam/variasi bentuk
4) Jawabannya tidak harus
mutlak benar, tetapi dapat berupa jawaban yang paling benar, atau dapat pula
mengandung beberapa jawaban yang semuaya benar
5) Dapat digunakan pada
semua jenjang sekolah dan kelas
6) Dapat diukur dengan
sangat objektif
7) Dapat diskor dengan
mudah dan cepat
8) Ruang lingkup bahan yang
ditanyakan sangat luas
b. Kelemahan
1) Pokok soal tidak cukup
jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih dari satu jawaban yang benar
2) Kadang – kadang jawaban
soal dapat diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena adanya petunjuk
jawaban yang benar atau karena butir soal itu mengukur sikap dan bukan mengukur
pengetahuan
3) Sampai suatu tingkat
tertentu keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh melalui tebakan
4) Sulit membuat pengecoh (distractor)
yang berfungsi yakni yang mempunyai peluang cukup besar untuk dipilih oleh
siswa
5) Membutuhkan waktu yang
lama untuk menulis soal-soalnya
6) Siswa cenderung
mengembangkan cara belajar terpisah-pisah menurut bunyi tiap soal[3]
3. Test Benar Salah (True
– False)
a. Kelebihan
1) Soal ini baik untuk hasil- hasil, dimana hanya ada dua
alternative jawaban
2) Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca
3) Sejumlah soal relative dapat dijawab dalam tipe test
secara berkala.
4) Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.
b. Kelemahan
1) Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang
bebas dari maksud ganda.
2) Jawaban soal
tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik.
3) Tidak ada informasi diagnostic dari jawaban yang
salah.
4) Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka
4. Test Menjodohkan (Matching)
a. Kelebihan
1) Membutuhkan waktu
singkat untuk membaca soal
2) Dapat diperiksa dengan
komputer
3) Relatif mudah menyusun
soalnya
b. Kelemahan
1) Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan
2) Penulis soal cenderung
tidak cermat
3) Sulit menemukan pasangan
yang homogen.[4]
4) Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang
dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan
membuat tafsiran.
E. Cara mengolah skor macam
– macam test obyektif
1. tes jawaban singkat
S = R
2. tes pilihan ganda
a) Dengan
denda
W
S =
R -
O
- 1
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
O = banyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh :
Murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk
multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.
3
Skor :
17 - =
16
4 – 1
b) Tanpa denda
S = R
3. tes menjodohkan
S = R
4. tes benar salah
a) Dengan denda
S = R -W
S = Skor yang diperoleh
R = Right (jawaban yang benar)
W =Wrong jawaban yang salah)
Contoh :
Jumlah soal tes = 20 buah
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor
untuk A adalah :
16 - 4 = 12
b) Tanpa denda
S = R
DAFTAR PUSTAKA
Gronlund, Norman E.1973. Preparing criterion –
referenced tests for classroom instruction. New York : The Macmillan
Company.
Purwanto, Ngalim.1984. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung : CV. Remadja Karya.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik.
Jakarta : PT. Grasindo.
Gronlund, N.E. 1976. Measurement an Evaluation in Teaching. New york
: Macmillan Publishing CO (Dalam Buku
Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Dr. Suke Silverius, 1991, Jakarta,
PT. Grasindo)
Arikunto, Dr. Suharsimi.
1997. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
LAMPIRAN
CONTOH SOAL – SOAL TES OBJEKTIF
A.
TES MATCHING
1.
TES MATCHING BIASA
KOLOM A
|
KOLOM B
|
1)
Kitab
taurat diturunkan kepada ...
|
a.
Isa
|
2)
Percaya
pada kitab – kitab Allah termasuk rukun...
|
b.
Muhammad
|
3)
Kitab
al – qur’an diturunkan kepada ...
|
c.
Iman
|
4)
Kitab
zabur diturunkan kepada ...
|
d.
Islam
|
5)
Kitab
injil diturunkan kepada ...
|
e.
Musa
|
6)
Menjalankan
Salat termasuk rukun ...
|
f.
Daud
|
2.
TES MATCHING MAJEMUK
KOLOM A
|
KOLOM B
|
KOLOM C
|
1)
.....Rukun
Salat
|
A.
Baligh
|
a.
Membasuh
telinga
|
2)
......Rukun
Wudlu
|
B.
Membaca
surat Al -Fatihah
|
b.
Melakukan
rukuk
|
3)
......Syarat
wajib salat
|
C.
Membasuh
wajah
|
c.
Menghadap
kiblat
|
4)
......Syarat
syah salat
|
D.
Islam
|
d.
Membasuh
telapak tangan
|
5)
......Sunah
wudlu
|
E.
Membasuh
kedua kaki
|
e.
Mumayiz
|
B.
TES SHORT ANSWER/COMPLETION
1.
Tes Completion Biasa
1)
Al –Faihah berarti
...
2)
Surat Al –Fatihah
wajib dibaca ketika ...
3)
Iman kepada rasul
termasuk rukun iman ke ...
4)
Asmaul husna artinya
...
5)
Allah mempunyai nama
Ar-Rahim artinya ...
6)
Al –Ahad artinya ...
2.
Tes Completion Majemuk
1)
Hukum membaca mim
sukun bila bertemu dengan huruf – huruf al – qur’an ada ... yaitu...
2)
Hukum membaca nun
sukun dibagi menjadi ... yaitu...
3)
Salat wajib yang
terdiri dari 4 reka’at ada .... yaitu ...
4)
Rasul yang menerima
kitab – kitab Allah ada ... yaitu ...
5)
Malaikat yang
bertugas mencatat amal manusia yaitu ... dan ...
6)
Rasul yang termasuk
dalam rasul ulul ‘azmi ada ... yaitu ...
C.
TES MULTIPLE CHOICE
1.
TES M – C BIASA
1)
Rukun iman ada...
a.
4
b.
5
c.
6
2)
Rukun iman yang ke
lima adalah ...
a.
Iman kepada Allah
b.
Iman kepada hari
kiamat
c.
Iman kepada rasul
3)
Rukun iman yang
keenam adalah ...
a.
Iman kepada hari
kiamat
b.
Iman kepada qodlo
dan qodar
c.
Iman kepada kitab –
kitab allah
4)
Rukun iman yang
pertama adalah ...
a.
Iman kepada Allah
b.
Iman kepada malaikat
Allah
c.
Iman kepada rasul
allah
5)
Iman artinya ...
a.
Percaya
b.
Senang
c.
Ihsan
6)
Percaya akan
datangnya hari kiamat termasuk rukun ...
a.
Iman
b.
Islam
c.
Ihsan
2.
TES M – C BENTUK NEGATIF
1)
Di antara pernyataan
di bawah ini yang bukan termasuk rukun Islam adalah...
a.
Menjalankan shalat
fardhu
b.
Melaksanakan puasa
ramadhan
c.
Membayar zakat bagi
yang mampu
d.
Melaksanakan haji
bagi yang kaya
2)
Salah satu sifat
rasul yang wajib kita teladani dibawah ini, kecuali...
a.
Sidiq
b.
Amanah
c.
Tablig
d.
Kitman
3)
Di bawah ini yang
bukan termasuk rukun iman yaitu ...
a.
Percaya pada Allah
b.
Percaya pada hari
kiamat
c.
Percaya pada kitab –
kitab Allah
d.
Percaya akan siksaan
Allah
4)
Yang bukan termasuk
sifat wajib Allah di bawah ini adalah ...
a.
Mukholafatu lil
hawadisi
b.
Qiyamuhu binafsihi
c.
Fana
d.
Baqo’
5)
Pernyataan di bawah
ini yang tidak mencerminkan sifat Rasulullah adalah ...
a.
Rasulullah selalu
memaafkan orang – orang yang memusuhinya
b.
Rasulullah tidak
memiliki rasa dendam terhadap musuh –musuhnya
c.
Rasulullah membalas
musuhnya dengan kebaikan
d.
Rasulullah selalu
memarahi musuh -musuhnya
6)
Di bawah ini yang
bukan termasuk sifat jaiz Allah yaitu ...
a.
Allah bebas
menghidupkan atau mematikan makhlukNya
b.
Allah bebas
mendatangkan musibah atau nikmat
c.
Allah berbuat
sesuatu atas kehendak atau keinginan makhlukNya
d.
Allah berbuat
sesuatu dengan kuasaNya
3.
TES M – C ASOSIASI / KOMBINASI
1)
Berikut ini benda
yang dapat digunakan untuk istinja’ yaitu...
a.
Air
b.
Kotoran ayam
c.
Daun
d.
Air susu
2)
Berikut ini yang
termasuk rukun wudlu adalah ...
a.
Membaca Allahu akbar
b.
Mengusap sebagian
rambut kepala
c.
Membaca niat wudlu
d.
Mengusap kedua
telinga
3)
Di antara nama –
nama asmaul husna di bawah ini adalah ...
a.
Ar rahman
b.
Al Malik
c.
Al hamdu
d.
Al Lahab
4)
Di antara nama –
nama rasul penerima kitab Allah di bawah ini adalah ...
a.
Muhammad
b.
Nuh
c.
Isa
d.
Ibrahim
5)
Di antara sifat
mukhal rasul yang tidak patut diteladani di bawah ini adalah ..
a.
Baladah
b.
Sidiq
c.
Amanah
d.
Khianat
6)
Diantara sifat
Rasulullah yang patut kita teladani adalah ...
a.
Pendengki
b.
Pemaaf
c.
Pemarah
d.
Pemberani
4.
TES M – C SEBAB AKIBAT
1)
Nabi sangat mencela
orang yang lalai membayar utang sebab ...
a.
Utang tidak membawa
untung
b.
Utang harus segera
dilunasi
c.
Utang membuat
bahagia
2)
Pada malam Idul
Fitri umat Islam mengumandangkan kalimat takbir, tahlil, dan tahmid sebab ...
a.
Untuk mengusir
setan, jin dan iblis
b.
Malam idul fitri
adalah malam menjelang 1 syawal
c.
Malam yang penuh
kemakmuran
3)
Puasa wajib dimulai
tanggal 1 ramadhan sebab ...
a.
Diakhiri tanggal 1
syawal
b.
Diakhiri tanggal 2
syawal
c.
Diakhiri tanggal 3
syawal
4)
Nikmat yang
diberikan Allah wajib disyukuri sebab ...
a.
Nikmat Allah tak
sama untuk setiap orang
b.
Nikmat Allah hanya
sedikit
c.
Nikmat Allah mahal
harganya
5)
Solat lima waktu
wajib dilaksanakan oleh setiap muslim sebab ...
a.
Perintah nabi
Muhammad SAW
b.
Perintah Allah SWT
c.
Perintah orang tua
6)
Dalam berteman kita
tidak boleh membeda –bedakan teman sebab ...
a.
Semua makhluk yang
diciptakan, sama dimata Allah
b.
Semua makhluk
memiliki teman sendiri
c.
Semua makhluk tidak
boleh disamakan.
D.
TES TRUE – FALSE
1.
TES TRUE – FALSE TANPA KOREKSI
a.
Surat Al – fatihah
termasuk surat Makkiyah ( T – F)
b.
Surat Al – Fatihah
disebut juga ummul kitab atau ummul qur’an ( T –F)
c.
Surat Al – Iklas
termsuk surat Madaniyah ( T – F)
d.
Nun mati bertemu dengan huruf alif hukumnya ikhfa’ ( T – F)
e.
Nun mati bertemu dengan huruf ta hukumnya idhar (T – F)
f. Nun mati bertemu dengan huruf ba hukumnya idghom ( T – F)
2.
TES TRUE – FALSE DENGAN KOREKSI
a.
Malaikat Isrofil
bertugas meniup sangkakala di hari kiamat... (T – F )
b.
Malaikat Rokib
bertugas mencatat amal buruk... (T – F) amal baik
c.
Malaikat Ridwan
bertuga menjaga surga...( T – F)
d.
Malaikat Jibril
bertugas membagi rizki...(T – F) Menyampaikan wahyu
e.
Malaikat Izroil
bertugas mencabut nyawa...( T – F)
f. Malaikat Atit bertugas mencatat amal
baik...(T – F) amal buruk
3.
TES TRUE – FALSE BERUMPUN
Yang termasuk rukun wudlu adalah :
a.
Membaca niat (
T – F)
b.
Membasuk telapak
tangan ( T
– F)
c.
Membasuh kedua wajah ( T – F)
d.
Membasuh telinga (
T – F)
e.
Membasuh sebagian
rambut kepala ( T – F)
f. Tertib/urut (
T – F)
4.
TES TRUE – FALSE BERSYARAT
a.
Wudlu seseorang
tidak batal jika bersentuhan dengan lain jenis (T – F)
b.
Wudlu sesorang tidak
syah jika tidak membasuh telinga (T
– F)
c.
Wudlu seseorang syah
jika membaca niat (
T– F)
d.
Sholat tidak syah jika
tidak mengucapkan niat (T
– F)
e.
Seseorang tidak
dikenai hukum solat wajib jika pingsan (
T –F)
f. Sholat
wajib tidak wajib dikerjakan jika sudah diwakili salah satu (T – F)
[1]
Purwanto, Ngalim.1984. Prinsip-Prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : CV. Remadja Karya. Hlm. 44
[2]
Arikunto, Dr. Suharsimi. 1997. Dasar
– Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 166
[3]
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi
Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : PT. Grasindo. Hlm. 67
[4]
Gronlund, N.E. 1976. Measurement
an Evaluation in Teaching. New york : Macmillan Publishing CO (Dalam Buku Evaluasi Hasil Belajar dan
Umpan Balik, Dr. Suke Silverius, 1991, Jakarta, PT. Grasindo)