Jumat, 14 Desember 2012

MENULIS SOAL –SOAL TES OBJEKTIF


WRITING OBJECTIVE TEST ITEMS
( MENULIS SOAL –SOAL TES OBJEKTIF )
CHAPTER 5 ( 34 – 41)
Norman E. Gronlund.1973. PREPARING CRITERION – REFERENCED TESTS FOR CLASSROOM INSTRUCTION. New York : The Macmillan Company.
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Evaluasi Pembelajaran PAI.
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Madyo Eko Susilo, M.Ed.
Stain Salatiga.jpg
CHAPTER REPORT
Disusun Oleh :
Muhammad Solichun        NIM : M1.11.015
Muhtar Yahya                      NIM : M1.11.016
Rina Priarni                          NIM : M1.11.017
Sholihah                               NIM : M1.11.018

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA

BAGIAN I
CHAPTER REPORT
Bagian ke lima
Menulis Soal – Soal Tes Objektif
Kunci dari tes yang paling efektif adalah menuliskan soal tes yang membedakan antara mengukur siswa yang telah mencapai hasil pembelajaran dan siswa yang tidak mencapi hasil pembelajaran. Tidak ada isi dan susunan soal yang hambatan siswa yang pandai dalam menanggapi dengan benar. Pada situasi yang sama tidak menutup kemungkinan siswa yang kurang pandai juga bisa menjawab soal dengan benar pula. Soal tes yang ideal akan dibuat untuk siswa yang pandai dan hanya mereka yang bisa menjawab soal tersebut dengan benar. Aturan dalam penyusunan soal berikut ini dimaksudkan sebagai petunjuk untuk penulisan soal. Penjelasan mengenai penulisan soal yang lebih spesifik dan detail akan  ditemukan dalam buku teks pengukuran. (Grounlund, 1928,1971)
Gambaran dalam penulisan soal yang dihadirkan dalam bagian ini berdasarkan pada bagian cuaca yang telah dibahas pada bagian sebelumnya untuk menggambarkan perencanaan tes.
Peraturan Umum dalam Penulisan Tes Objektif
Tujuan penulisan soal tes yang baik adalah sebuah seni yang membutuhkan banyak latihan. Bahkan seorang pemula bisa menulis soal dengan kualitas yang cukup bagus dengan mengikuti aturan yang sederhana tapi sangat penting. Disini kita akan menghadirkan aturan umum tentang penulisan soal dan bagian berikutnya aturan khusus untuk setiap soal yang lebih spesifik yang akan di susun. Meskipun aturan ini bisa diterapkan dua tes yang merujuk pada norma dan criteria, kedua test tersebut memiliki makna khusus nantinya karena disinilah setiap soal tes digunakan sebagai pengukuran langsung dari hasil pembelajaran.
1.    Tulislah soal tes sehingga memunculkan perilaku khusus yang menggambarkan hasil pembelajaran. Proses mempersiapkan soal tes yang secara langsung yang berkaitan dengan hasil pembelajaran khusus yang diukur merupakan persoalan tentang keputusan yang logis. Hal itu terdiri dari mencocokkan masing tes dengan tugas hasil khusus dalam hasil pembelajaran dan menilai kecocokan mereka. Contoh soal tes dalam bab yang diawal menggambarkan kesesuaian antara tugas tes dan hasil yang diharapkan. Pendekatan dengan menggunakan tata cara yang lebih sistematis yang menghubungkan tugas tes dengan hasil pembelajaran akan ditelusuri (Glaser dan Nitko, 1971) namun, pada tahapan perkembangan ini mereka membatasi penerapannya hanya untuk pembuatan tes kelas.
2.    Tulislah soal tes sehingga tugas yang ditampilkan jelas dan pasti. Hal ini dicapai dengan rumusan masalah yang teliti, mengungkapkannya dalam bahasa sederhana dan langsung, dan mengikuti aturan untuk tatabahasa dan tanda baca yang benar. Ketidakjelan atau ambiguitas adalah bentuk soal test yang kurang baik dan penggunaan bahasa yang efektif adalah cara untuk mengatasinya. Setiap soal harus diutarakan dengan hati-hati sehingga maksud dari soal tersebut jelas dan dipahami siwsa. Kita tidak ingin siswa kita gagal menjawab soal karena dia tidak faham dengan bentuk soal yang sesuai dengan apa yang siswa pikirkan.
3.    Tulislah soal test sehingga soal itu bebas dari materi yang tidak bermanfaat. Biasanya soal tes hanya berisi materi yang secara langsung sesuai dengan masalah yang ada. Untuk menambah materi yang tidak relevan pada tujuan yang dimaksud akan memperpanjang/memperbanya soal dan dalam beberapa hal akan membingungkan siswa atau menyediakan petunjuk untuk jawaban. Perhatikan pemilihan kata berikut dalam soal jawaban pendek.
Laporan cuaca hari ini lebih akurat karena jumlah peralatan digunakan untuk mengukur cuaca.  Sebutkan dua diantaranya.
Guru ini ingin siswanya untuk “ menyebutkan 2 alat yang digunakan untuk mengukur cuaca”. Kenapa tidak menggunakan pernyataan pendek? Jenis soal yang panjang lama cukup memperluasan cakupan penafsiran baca dan tidak berperan dalam menjelaskan masalah. Pada kenyataannya, beberapa siswa bisa saja berusaha menyebutkan 2 tipe laporan cuaca.
4.    Tulislah soal tes denga jelas agar factor yang tidak sesuai tidak mengecoh  siswa dari jawaban yang benar. Soal tes seharusnya di buat untuk memunculkan hasil tertentu. Untuk memunculkan hasil ini, pengaruh factor yang tidak sesuai pada tujuan utama dari soal seharusnya dikurangi sebanyak mungkin. Hasil tes, misalnya, harus memperhatikan stuktur kosa kata dan susunan kalimat dibuat sesederhana mungkin untuk mencegah kesalahan membaca dari membalikkan hasil. Seperti, tes matematika seharusnya menjaga kemampuan berhitung yang rendah sehingga keberhasilan dan kegagalan mencerminkan perbedaan kemampuan melogika daripada perbedaan dalam kemampuan berhitung. Reaksi soal tes biasanya meliputi lebih dari satu tipe perilaku. Apa yang perlu kita lakukan adalah menulis soal tes memaksimalkan perilaku yang tergambar dalam hasil pembelajaran dan meminimalkan semua pengaruhnya.
5.    Tulislah soal test sehingga petunjuk yang tidak sesuai tidak membawa siswa pada jawaban yang benar. Dalam memusatkan perhatian pada persiapan soal tes yang mengacu pada perilaku khusus menggambarkan hasil pembelajaran khusus, petunjuk yang tidak sesuai dengan jawaban yang benar mungkin saja tidak sengaja dimunculkan dalam soal. Beberapa tipe petunjuk yang lebih umum antara lain (1) ketidakseragaman tata bahasa yang mengesampingkan beberapa atau semua kemungkinan jawaban salah, (2) himpunan lisan yang  membuat jawaban benar terlihat jelas, (3) kepastian khusus, seperti “sewaktu-waktu” atau “selallu”, yang meningkatkan kemungkinan bahwa pernyataan akan menjadi benar atau tida benar, dan (4) factor yang bermacam-macam, seperti kecenderungan pernyataan yang lebih panjang dan detail. Berhati-hati dalam membuat  petunjuk memungkinkan untuk menghindari sebagian besar pembuatan petunjuk yang tidak sesuai selama menulis soal. Tanyakan kepada sesama guru untuk meninjau kembali soal telah disusun juga merupakan sebuah metode yang  berguna untuk menemukan petunjuk yang mungkin mengarah pada siswa yang kurang berprestasi untuk menjawab dengan betul.
6.    Tulislah soal tes sehingga soal itu tidak menyediakan petunjuk untuk menjawab soal lain dalam tes. Setidaknya perlakuan khusus diberlakukan selama menulis soal, materinya meliputi satu soal meungkin menyediakan jawaban atau sebagain jawaban terhadap soal lain. Hal ini sepertinya terjadi dimana tipe soal yang disediakan dan dipilih termasuk dalam satu soal tes. Misalnya, tanggal atau nama yang disebut untuk pertanyaan jawaban singkat mungkin secara tidak sengaja meliputi cabang dari soal pilihan ganda. Sebagaimana tipe petunjuk lain, kesadaran akan masalah dan meninjau ulang soal sebelum menghimpunnya dalam satu tes biasanya cukup bisa menghindari kesalahan.
7.    Tulislah soal tes sehingga soal itu berada pada tingkat kesulitan yang pantas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tingkat kesulitan soal tes tergantung pada tipe tes yang kita siapkan. Untuk tes penguasaan yang merujuk pada criteria, kesulitan soalnya ditentukan oleh pembawaan khusus hasil pembelajaran yang diukur. Biasanya, hasil tingkat penguasaan terdapat tingkat kesulitan yang rendah dan tidak seharusnya berusaha meningkatkan tingkat kesulitan begitu saja untuk memperoleh nilai. Ketika menyiapkan tes untuk mengukur tingkat prestasi dibalik penguasaan, bagaimanapun juga, tingkat kesulitan setiap setuap tujuan diinginkan. Berkaitan dengan hal tersebut, kita perlu menentukan tingkat kesulitan dari yang mudah sampai yang sulit sehingga kita bisa mengukur proses setiap siswa terhadap tujuan yang tidak pernah dapat dicapai sepenuhnya. Jadi, tingkat kesulitan soal tidak perlu diukur dari penguasaan pokok minimum, tapi perlu menentukan tingkat maksimum yang diperoleh siswa.
8.    Tulislah soal tes sehingga jawaban yang benar adalah jawaban yang disetujui oleh para ahli. Biasanya ada sedikit kesulitan dalam criteria ini ketika menyusun soal untuk mengukur pengetahuan tentang informasi yang sebenarnya. Pertanyaannya adalah siapa, apa, kapan dimana yang biasanya memiliki satu jawaban yang benar. Hal itu kita perhatikan ketika menyusun soal pada tingkat pemahaman, penerapan, dan penafsiran. Contohnya; kita mungkin mengharapkan siswa untuk menunjukkan alasan terbaik dari sebuah peristiwa, metode terbaik yang digunakan, atau membuat penafsiran terbaik. Ini masalah pandapat yang memerlukan jawaban yang terbaik dan diketahui sebagaimana peristiwa itu terjadi.
9.    Tulislah soal tes dalam bentuk soal positif. Ada 3 alasan bagus untuk mengungkapkan soal dalam bentuk positif. Pertama, dari sudut pandang pembelajaran, hal itu bisanya sangat menarik untuk menekankan fakta, konsep dan prinsip yang kita harapkan bagi siswa untuk mempelajarinya, dari pada pengecualian untuk mereka. Kedua, fakta bahwa siswa tahu perkara apa yang tidak menyediakan jaminan yang mereka tahu apa itu perkaranya. Contoh, dia mungkin tahu “mendekatnya arus udara dingin tidak menandai munculnya awan tipis” tapi tidak tahu tipe awan yang menandai mendekatnya arus udara dingin. Ketiga, kata “tidak”  harus seringkali diabaikan dalam soal tes dan tanggapan siswa karena menganggap pernyataan yang positif. Maka, setidaknya hasil pembelajaran secara khusus digunakan untuk mengenali pengecualian, hal itu lebih baik menuliskan soal tes dengan bentuk positif.
10. Tulislah soal tes secukupnya untuk mengukur hasil pembelajaran. Sebagaimana telah dijelaskan di awal, tabel rincian dapat digunakan sebagai pedoman dalam menulis soal. Jumlah soal yang dibutuhkan untuk mengukur setiap tujuan dan setiap isi dituangkan dalam tabel. Dimana hal itu ingin ditafsirkan hasil tesnya pada setiap hasil pembelajaran, sebisanya setiap tujuan umum, bagaimanapun juga, hal itu perlu mengikutsertakan beberapa soal tes untuk setiap hasil pembelajaran. Hal ini tentu saja mengharuskan pengembangan tabel perincian dan perpanjangan tes. Poin utama yang perlu ditekankan disini adalah soal tes harus berisi sejumlah soal yang cukup berkualitas untuk tipe soal penafsiran dan proses penulisan soal menyediakan kesempatan untuk membuat tanda akhir pada contoh tes yang secukupnya.

Menyusun Tes Jawaban Singkat
Soal tes jawaban singkat ditulis dalam bentuk pertanyaan atau penyelesaian sebagia berikut:
Apa nama alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara? (higrometer)
Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara disebut … (­higrometer)
Bentuk pertanyaanya adalah bisanya lebih alami untuk siswa SD dan lebih cenderung pada hasil dalam rumusan masalah yang jelas. Bentuk penyelesaian seringkali di tulis lebih singkat, tapi perlakuan khusus diperlukan dalam menyampaikan  pertanyaan sehingga hanya ada satu kemungkinan jawaban.
Soal jawaban singkat terutama berguna untuk mengukur pengetahuan terbaru dan kemampuan mengatasi sejumlah masalah.  Soal jawaban singkat tidak beradaptasi dengan baik untuk mengukur nilai pada tingkat pemahaman dan penerapan. Maka soal tersebut lebih berguna pada soal penguasaan yang merujuk pada criteria dari pada soal yang dibuat untuk tingkat perkembangan.
Sebagai tambahan untuk aturan umum dalam menulis soal tes, ada beberapa aturan khusus yang diterapkan dalam soal jawaban singkat.
Aturan dalam menulis soal jawaban singkat
1.    Tulislah soal sehingga jawaban dibatasi dalam jumlah, kata atau ungkapan singkat.
2.    Buatlah soal sehingga hanya satu tangapan yang benar.
3.    Buatlah lembar jawab yang panjangnya sama (untuk mencegah petunjuk yang terlalu panjang)
4.    Tempatkan lembar jawaban pada akhir pernyataan.
5.    Untuk jawaban angka, menunjukkan tinggat ketepatan yang diharapkan (contoh; 2 tempat decimal).
Soal jawaban singkat cukup mudah untuk disusun, tapi menulis soal yang hanya memiliki satu tanggapan/jawaban yang benar membutuhkan perhatian khusus dalam membuat pernyataan.
Menyusun Tes Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda merupakan sebuah batang soal yang disajikan dalam pertanyaan atau bentuk pernyataan yang tidak lengkap, atau beberapa pilihan jawaban. Jawaban yang tepat disebut dengan alternatif, sementara itu pilihan jawaban yang tidak tepat disebut pengganggu/pengecoh. Di mana fungsinya adalah untuk mengecoh siswa yang kurang menguasai hasil pembelajaran yang diukur dengan soal tersebut. Contoh soal berikut ini akan menggambarkan penggunaan batang pertanyaan yang dijelaskan dalam bentuk pertanyaan dan dalam bentuk melengkapi pernyataan:
Di antara alat berikut ini manakah yang paling berguna untuk memprediksikan cuaca?
a.    Anemometer
b.    Barometer
c.    Hygrometer
d.    Thermometer
Skala Beaufort pada cuaca digunakan untuk menunjukan….
a.    Tekanan udara
b.    Temperature udara
c.    Curah hujan
d.    Kecepatan angin
Batang soal pada butir soal harus menunjukkan suatu permasalahan yang jelas. Hal ini paling mudah dijumpai dalam soal yang berbentuk pertanyaan. Latihan soal yang tepat bagi pemula adalah dimulai dengan bentuk pertanyaan yang kemudian diubah dalam bentuk melengkapi sebuah pernyataan jika jawaban pertanyaan tersebut merupakan jawaban singkat.
Soal bentuk pilihan ganda sangat berguna untuk mengukur tingkat hasil pembelajaran dari sebuah ilmu pengetahuan, tingkat pemahaman, serta tingkat pengaplikasiannya/penerapannya. Karena berbagai bentuk kecerdasan yang terdapat didalamnya, soal pilihan ganda sering digunakan dalam jenis soal objektif. Dimana harus memilih satu jawaban, bukan memberikan jawaban, oleh sebab itu langkah awal adalah dengan menulis soal pilihan ganda. Perubahan bentuk soal dari tipe yang satu ke tipe yang lainnya, harus dipertimbangkan karena hanya bisa dilakukan jika ada beberapa keuntungan yang sama. Sebagai contohnya, dimana ketika hanya ada dua pilihan (up/down), lebih tepat jika diubah menjadi bentuk soal benar atau salah. Sama halnya, ketika ada kelompok yang homogen (sejenis) yang saling dihubungkan (contoh: simbol peta dengan namanya), diubah dalam bentuk soal pencocokan akan lebih bermanfaat. Selain hal khusus tersebut, bagaimanapun juga, soal pilihan ganda lebih baik digunakan dalam tipe soal pilihan dalam bentuk apapun yang cocok untuk mengukur hasil pembelajaran.
Semua atauran penyusunan soal, seperti yang telah dibahas sebelumnya, diterapkan dalam pembuatan soal pilihan ganda. Selain itu, ada beberapa aturan khusus dalam penyusunan soal pilihan ganda yang bisa digunakan sebagai petunjuk:
Aturan dalam menulis soal pilihan ganda:
1.    Tulis batang soal yang menunjukkan sebuah masalah yang jelas.
2.    Buatlah soal singkat dan jelas (hindari panjang lebar dan stuktur kalimat yang komplek)
3.    Jika batang soal menunjukkan pengecualian, maka tegaskanlah (sebagai contohnya, berikut ini… KECUALI…)
4.    Buatlah pilihan jawaban yang ringkas (letakkan semua kata-kata yang umum dalam batang soal)
5.    Buat pilihan jawaban yang sama dalam bentuknya dan struktur kalimat yang tetap dengan batang soal.
6.    Buat jawaban penjebak yang masuk akal untuk siswa yang kurang paham (gunakan kesalahan yang umum digunakan dan salah paham)
7.    Hindari petunjuk yang mengarahkan ke jawaban yang benar (hubungan verbal, bahasa buku, panjang jawaban, serta struktur kalimat)
8.    Letakkan jawaban dalam susunan abjad dan jawaban angka dalam susunan numeric
9.    Hindari menggunakan jawaban “semuanya salah” atau “semuanya benar”
10. Cek kembali kejelasan semua soal dan hubungannnya dengan materi pembelajran yang diukur.
Ketika soal pilihan ganda disusun untuk mengukur semua nilai (pemahaman dan penerapannya), beberapa hal baru sangat penting. Jika siswa diminta untuk mengidentifikasi sebuah contoh dari sebuah prinsip, sebagai contohnya, contoh tersebut merupakan satu-satunya yang tidak dimasukkan dalam instruksi. Dengan cara yang sama, dalam penerapannya, mereka diminta untuk membuat situasai yang baru bagi mereka. Jika siswa diminta untuk mengidentifikasi contoh dan membuat aplikasi yang mengidentifikasi untuk hal yang ditemukan dalam intruksi, respon mereka akan mencerminkan tidak lebih dari apa yang telah mereka pelajari. Selain alasan tersebut, atauran penulisan soal pilihan ganda di atas diaplikasikan untuk semua soal untuk semua tingkat pembelajaran.
Menyusun Tes Benar Salah
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, soal bentuk benar atau salah dibatasi oleh dua pilihan jawaban. Soal berikut ini menggambarkan penggunaanya:
T*               F  ketika dingin bergerak maju melewati suatu tempat, maka arah angin berubah
Hal ini perlu diperhatikan bahwa ada situasi yang relatif kecil, seperti contoh tersebut, dimana hanya ada dua pilihan jawaban yang mungkin (yaitu arah angin berubah atau tidak berubah). Meskipun di sini mungkin lebih baik untuk mengubah pilihan ganda dan meminta siswa untuk mengidentifikasi arah perubahan angin. Solah seperti ini akan nampak menjadi hasil yang lebih penting.
Ketika dingin bergerak maju melewati suatu tempat, arah angin biasanya berubah dari…
a.    Timur ke barat
b.    Utara ke selatan
c.    Selatan ke utara*
d.    Barat ke timur
Cara singkat untuk mengerjakan soal benar atau salah, yang mana ada lebih dari dua pilihan jawaban, sadarilah bahwa pilihan “salah” mungkin merupakan jawaban yang benar yang ditandai dalam kesalahpahamaan yang mendasar. Bacalah soal berikut sebagai contohnya:
T    F* Angin dengan kecepatan 10 mili per jam diindikasikan dengan skala Beaufort nomer 5.

Siswa mungkin akan memilih jawaban salah tanpa mengetahui angka skala Beaufort yang benar adalah 3. Pada kenyataannya, siswa yang kurang paham mungkin akan berpikir bahwa anagka Beaufort yang benar adalah angka 10. Dia memilih jawaban salah dan menerima 1 poin  minus  atas kurangnya pengetahuan yang dia miliki. Tentu saja siswa yang berpikiran angka yang benar dalah 1, 2, 4, 6, 7, 8, atau 9 juga memilih jawaban salah dan menerima  1 poin minus atas kesalahpahaman mereka. Singkatnya, dimana ada beberapa pilihan jawaban yang mungkin, memilih pilihan salah, yang merupakan jawaban salah tidak menjamin bahwa siswa mengetahui jawaban yang benar. Dalam masalah khusus, soal jawaban pendek mengenalkan siswa untuk memberikan jawaban angka Beaufort menjadi ukuran yang lebih baik.
Meskipun soal bentuk benar atau salah dibatasi oleh situasi dimana hanya ada dua pilihan jawaban, ada faktor-faktor yang membatasi enggunaanya dalam tes yang mengacu pada kriteria. Pertama, karena siswa dapat menjawab 50% dari soal tersebut dengan benar dengan menebak saja, maka ini sulit untuk membedakan pengusaan sebagai hasil pembelajaran yang memuaskan. Kedua, soal tersebut tidak menyediakan informasi diagnostik. Jawaban yang salah disajikan dalam test jawaban singkat, dan jawaban salah pada pilihan jawaban yang disajikan dalam tes pilihan ganda, sebagai contohnya, keduanya menyajikan petunujuk kesalahan yang umum atau kesalahpahaman siswa. Ketiga, soal bentuk benar atau salah dibatasi untuk pengukuran hasil pembelajaran yang relative sederhana, seperti pengetahuan tentang informasi fakta.
Jika soal bentuk benar atau salah digunakan, perhatian khusus dibutuhkan dalam penulisan yang jelas, dan menggunakan pernyataan yang tidak ambigu. Berikut ini aturan dalam menulis butiran soal tersebut:
Aturan dalam menulis soal bentuk benar atau salah
1.    Buatlah bentuk soal benar atau salah jika tipe ini lebih tepat digunakan daripada tipe soal lainnya (hanya dua kemungkinan jawaban).
2.    Buatlah pernyataan yang memetapkan bahwa itu benar atau salah (hindari pernytaan benar secara terpisah)
3.    Buatlah pernyataan tersebut dengan jelas (hindari kalimat yang tidak jelas dan struktur yang rumit)
4.    Hindari pernyataan negative. (khususnya penggunaan negative dobel )
5.    Hindari penggunaan petunjuk tertentu (seprti, selalu, tidak pernah, kadang-kadang, mungkin)
6.    Buat pernyataan benar atau salah dengan tepat dan seimbang antara panjangnya dan jumlahnya (untuk mengindari  jawaban tebakan yang benar).
Karena keterbatassannya, soal bentuk benar atau salah paling tepat digunakan untuk mengulas atau diskusi. Ini juga cocok digunakan untuk mengukur pembelajaran siswa pada contoh tertentu yang jarang digunakan. Itu adalah , dimana hanya ada dua kemungkinan jawaban dan soal tersebut menyajikan pengukuran secara langsung dari sebuah hasil pembelajaran yang penting (sebagai contohnya, perbedaan antara sebab dan akibat, fakta dan opini).

Menyusun soal Menjodohkan
Soal bentuk pencocokan merupakan bentuk khusus dari soal pilihan ganda. Soal semacam ini digunakan ketika soal pilihan ganda memiliki rangkaian alternatif yang umum. Dalam hal seperti ini lebih tepat untuk menyusun batang soal atau premis/pernyataan dalam satu kolom dan alternatif jawabannya dalam kolom lainnya. Hal ini, tentu saja membuat kita untuk tidak mengulang alternative jawaban yang sama lagi dan lagi untuk setiap batang soal. Soal berikut ini, menjelasskan bagaimana alternative jawaban di kolom B dapat diletakkan pada setiap pernyataan di kolom A untuk membuat 5 soal pilihan ganda yang terpisah.
Petunjuk: Pada garis di sebelah kiri kolom A, tulislah huruf yang sesuai dengan nama awan yang ada pada kolom B. Setiap nama awan pada kolom B mungkin digunakan sekali, lebih atau tidak digunakan sama sekali.
Kolom A
Kolom B
C    1. Rendah, berwarna abu-abu
A.   Cirrus
A    2. Tinggi, tipis, dan terlihat lembut
B.   Cummulus
B   3. Tingginya rata-rata, tebal, terlihat putih dan    lembut
C.   Stratus
B    4. Ditandai dengan dingin
A    5. Ditandai dengan hangat



Contoh soal diatas menggambarkan elemen yang penting dari sebuah soal pencocokan yang bagus. Materinya sejenis/homogen (jenis awan dan karakteristiknya), soal yang dijodohkan pendek dan tidak samarata (alternatif jawabannya lebih sedikit), jawaban singkat ditempatkan disebelah kanan (mudah untuk diamati), dan alternatif jawabannya masuk akal untuk setiap premis (bisa digunakan lebih dari satu kali).
Karena soal pencocokan digunakan untuk mengukur kemampuan untuk menghubungkan dua hal, maka soal tersebut dibatasai oleh hasil pembelajaran yang relatif sederhana. Untuk mengubah soal pilihan ganda menjadi bentuk pencocokan hanya dilakukan jika makna yang disajikan lebih tepat untuk mengukur hasil pembelajaran yang sama.
Aturan penyusunan soal pencocokan
1.    Buatlah soal yang homogen/sejenis.
2.    Buatlah soal yang relative pendek
3.    Buatlah daftar jawaban lebih panjang atau lebih pendek dari premis.
4.    Tempatkan jawaban singkat di sebelah kanan secra urut (abjad) atau angka.
5.    Tulislah petunjuk yang menunjukkan dasar pencocokan dan jawabnnya mungkin bisa digunakan lebih dari satu kali.

Seperti halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan tersebut mungkin sebagai tambahan sebagai aturan pada umumnya untuk penyusunan soal objektif.



BAGIAN DUA
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Test Objektif
Yang dimaksud dengan test objektif adalah tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes itu dapat dinilai secara objektif, dinilai oleh siapa pun akan menghasilkan score yang sama.[1] Tes ini disebut juga short answer test , karena jawaban pendek – pendek dan ringkas. Si penjawab atau orang yang dites tinggal memilih, mengisi, menjodohkan, dan sebagainya, dengan menggunakan tanda-tanda seperti tertera dalam soal atau suruhan.

B.   Kelebihan dan kelemahan Test Objektif
1.    Kelebihan
a)    Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subyektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b)    Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c)    Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain
d)    Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subyektif yang mempengaruhi.
2.    Kelemahan
a)    Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit.
b)    Soal –soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
c)    Banyak kesempatan untuk main untung – untungan
d)    Kerjasama antar siswa lebih terbuka lebar.
3.    Cara mengatasi Kelemahan[2]
a)    Kesulitan menyusun tes obyektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus
b)    Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua
c)    Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.

C.   Perbedaan Test Objektif dan Test Essay

Ditinjau dari
Test Objective
Test Essay
Taksonomi hasil yang diukur
Baik untuk mengukur hasil belajar tingkat : knowledge, comprehension, aplikasi, dan analisa. Tidak cocok untuk tingkat sintesa, dan evaluasi
Tidak efisien untuk knowledge
Baik untuk komprehensi, aplikasi dan analisa
Sangat baik untuk tingkat sintesa, dan evaluasi
Sampling (Isi / Bahan)
Karena menggunakan jumlah item yang banyak,dapat mencakup/mewakili bahan pelajaran yang luas pula
Karena menggunakan jumlah soal yag relatif kecil, hanya mencakup bahan yang terbatas (tidak dapat mewakili isi bahan yang luas)
Persiapan membuat soal
Mempersiapkan item adalah yang sukar dan memakan waktu
Mempersiapkan item yang baik adalah sukar, tetapi lebih mudah daripada mempersiapkan soal obyektif
Penskoran
Objektif, sederhana, dan reliabilitass tinggi
Subyektif, sukar, dan kurang reliabel
Kemungkinan
Mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan, dan menganalisa ide –ide orang lain
Mendorong siswa untuk mengorganisasi, mengintegrasikan ide-idenya sendiri

D.   Kelemahan dan Kelebihan dari macam - macam test Objektif
1.    Test Jawaban Singkat
a.    Kelebihan
1)    Mudah dalam pembuatan soal
2)    Kemungknan menebak jawaban sangat sulit
3)    Cocok untuk soal- soal hitungan
4)    Hasil- hasil pengetahuan dapat diukur secara luas
b.    Kelemahan
1)    Sulit menyusun kata- kata yang jawabannya hanya satu.
2)    Tidak cocok untuk mengukur hasil- hasil belajar yang komplek.
3)    Penilaian menjemukan da memerlukan waktu banyak.
2.    Test Pilihan Ganda (Multiple Choice)
a.    Kelebihan
1)    Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kemampuan berpikir dalam ranah kognitif
2)    Memperkecil kemungkinan menebak benar kunci jawaban
3)    Dapat dibuat menjadi bayak ragam/variasi bentuk
4)    Jawabannya tidak harus mutlak benar, tetapi dapat berupa jawaban yang paling benar, atau dapat pula mengandung beberapa jawaban yang semuaya benar
5)    Dapat digunakan pada semua jenjang sekolah dan kelas
6)    Dapat diukur dengan sangat objektif
7)    Dapat diskor dengan mudah dan cepat
8)    Ruang lingkup bahan yang ditanyakan sangat luas
b.    Kelemahan
1)    Pokok soal tidak cukup jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih dari satu jawaban yang benar
2)    Kadang – kadang jawaban soal dapat diketahui siswa meskipun belum diajarkan karena adanya petunjuk jawaban yang benar atau karena butir soal itu mengukur sikap dan bukan mengukur pengetahuan
3)    Sampai suatu tingkat tertentu keberhasilan atas suatu jawaban dapat diperoleh melalui tebakan
4)    Sulit membuat pengecoh (distractor) yang berfungsi yakni yang mempunyai peluang cukup besar untuk dipilih oleh siswa
5)    Membutuhkan waktu yang lama untuk menulis soal-soalnya
6)    Siswa cenderung mengembangkan cara belajar terpisah-pisah menurut bunyi tiap soal[3]
3.    Test Benar Salah (True – False)
a.    Kelebihan
1)    Soal ini baik untuk hasil- hasil, dimana hanya ada dua alternative jawaban
2)    Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca
3)    Sejumlah soal relative dapat dijawab dalam tipe test secara berkala.
4)    Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.
b.    Kelemahan
1)    Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda.
2)    Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik.
3)    Tidak ada informasi diagnostic dari jawaban yang salah.
4)    Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka
4.    Test Menjodohkan (Matching)
a.    Kelebihan
1)    Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal
2)    Dapat diperiksa dengan komputer
3)    Relatif mudah menyusun soalnya
b.    Kelemahan
1)    Hanya mengukur  tingkat berpikir ingatan
2)    Penulis soal cenderung tidak cermat
3)    Sulit menemukan pasangan yang homogen.[4]
4)    Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran.

E.   Cara mengolah skor macam – macam test obyektif

1.    tes jawaban singkat
     S = R

2.    tes pilihan ganda
a)    Dengan denda
   W
S = R   -                      
                  O - 1                
S = skor yang diperoleh
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
O = banyaknya option
1 = bilangan tetap
Contoh :
Murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choice ini dengan menggunakan option sebanyak 4 buah.

                      3
Skor : 17 -               = 16
                   4 – 1

b)    Tanpa denda
     S = R

3.    tes menjodohkan
       S = R

4.    tes benar salah
a)    Dengan denda
         S = R -W   

S = Skor yang diperoleh
R = Right (jawaban yang benar)
W =Wrong jawaban yang salah)

Contoh :
Jumlah soal tes = 20 buah
A menjawab betul 16 buah dan salah 4 buah. Maka skor untuk A adalah :
16 - 4 = 12
b)    Tanpa denda
     S = R



DAFTAR PUSTAKA

Gronlund, Norman E.1973. Preparing criterion – referenced tests for classroom instruction. New York : The Macmillan Company.
Purwanto, Ngalim.1984. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : CV. Remadja Karya.

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : PT. Grasindo.

Gronlund, N.E. 1976. Measurement an Evaluation in Teaching. New york : Macmillan Publishing CO  (Dalam Buku Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Dr. Suke Silverius, 1991, Jakarta, PT. Grasindo)

Arikunto, Dr. Suharsimi. 1997. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.







                       







LAMPIRAN
CONTOH SOAL – SOAL TES OBJEKTIF
A.   TES MATCHING
1.    TES MATCHING BIASA
KOLOM A
KOLOM B
1)    Kitab taurat diturunkan kepada ...
a.    Isa
2)    Percaya pada kitab – kitab Allah termasuk rukun...
b.    Muhammad
3)    Kitab al – qur’an diturunkan kepada ...
c.    Iman
4)    Kitab zabur diturunkan kepada ...
d.    Islam
5)    Kitab injil diturunkan kepada ...
e.    Musa
6)    Menjalankan Salat termasuk rukun ...
f.      Daud


2.    TES MATCHING MAJEMUK
KOLOM A
KOLOM B
KOLOM C
1)    .....Rukun Salat
A.    Baligh
a.    Membasuh telinga
2)    ......Rukun Wudlu
B.    Membaca surat Al -Fatihah
b.    Melakukan rukuk
3)    ......Syarat wajib salat
C.   Membasuh wajah
c.    Menghadap kiblat
4)    ......Syarat syah salat
D.   Islam
d.    Membasuh telapak tangan
5)    ......Sunah wudlu
E.    Membasuh kedua kaki
e.    Mumayiz


B.   TES SHORT ANSWER/COMPLETION
1.    Tes Completion Biasa
1)    Al –Faihah berarti ...
2)    Surat Al –Fatihah wajib dibaca ketika ...
3)    Iman kepada rasul termasuk rukun iman ke ...
4)    Asmaul husna artinya ...
5)    Allah mempunyai nama Ar-Rahim artinya ...
6)    Al –Ahad artinya ...





2.    Tes Completion Majemuk
1)    Hukum membaca mim sukun bila bertemu dengan huruf – huruf al – qur’an ada ... yaitu...
2)    Hukum membaca nun sukun dibagi menjadi ... yaitu...
3)    Salat wajib yang terdiri dari 4 reka’at ada .... yaitu ...
4)    Rasul yang menerima kitab – kitab Allah ada ... yaitu ...
5)    Malaikat yang bertugas mencatat amal manusia yaitu ... dan ...
6)    Rasul yang termasuk dalam rasul ulul ‘azmi ada ... yaitu ...

C.   TES MULTIPLE CHOICE
1.    TES M – C BIASA
1)    Rukun iman ada...
a.    4
b.    5
c.    6
2)    Rukun iman yang ke lima adalah ...
a.    Iman kepada Allah
b.    Iman kepada hari kiamat
c.    Iman kepada rasul
3)    Rukun iman yang keenam adalah ...
a.    Iman kepada hari kiamat
b.    Iman kepada qodlo dan qodar
c.    Iman kepada kitab – kitab allah
4)    Rukun iman yang pertama adalah ...
a.    Iman kepada Allah
b.    Iman kepada malaikat Allah
c.    Iman kepada rasul allah
5)    Iman artinya ...
a.    Percaya
b.    Senang
c.    Ihsan
6)    Percaya akan datangnya hari kiamat termasuk rukun ...
a.    Iman
b.    Islam
c.    Ihsan
2.    TES M – C BENTUK NEGATIF
1)    Di antara pernyataan di bawah ini yang bukan termasuk rukun Islam adalah...
a.    Menjalankan shalat fardhu
b.    Melaksanakan puasa ramadhan
c.    Membayar zakat bagi yang mampu
d.    Melaksanakan haji bagi yang kaya
2)    Salah satu sifat rasul yang wajib kita teladani dibawah ini, kecuali...
a.    Sidiq
b.    Amanah
c.    Tablig
d.    Kitman
3)    Di bawah ini yang bukan termasuk rukun iman yaitu ...
a.    Percaya pada Allah
b.    Percaya pada hari kiamat
c.    Percaya pada kitab – kitab Allah
d.    Percaya akan siksaan Allah
4)    Yang bukan termasuk sifat wajib Allah di bawah ini adalah ...
a.    Mukholafatu lil hawadisi
b.    Qiyamuhu binafsihi
c.    Fana
d.    Baqo’
5)    Pernyataan di bawah ini yang tidak mencerminkan sifat Rasulullah adalah ...
a.    Rasulullah selalu memaafkan orang – orang yang memusuhinya
b.    Rasulullah tidak memiliki rasa dendam terhadap musuh –musuhnya
c.    Rasulullah membalas musuhnya dengan kebaikan
d.    Rasulullah selalu memarahi musuh -musuhnya
6)    Di bawah ini yang bukan termasuk sifat jaiz Allah yaitu ...
a.    Allah bebas menghidupkan atau mematikan makhlukNya
b.    Allah bebas mendatangkan musibah atau nikmat
c.    Allah berbuat sesuatu atas kehendak atau keinginan makhlukNya
d.    Allah berbuat sesuatu dengan kuasaNya
3.    TES M – C ASOSIASI / KOMBINASI
1)    Berikut ini benda yang dapat digunakan untuk istinja’ yaitu...
a.    Air
b.    Kotoran ayam
c.    Daun
d.    Air susu
2)    Berikut ini yang termasuk rukun wudlu adalah ...
a.    Membaca Allahu akbar
b.    Mengusap sebagian rambut kepala
c.    Membaca niat wudlu
d.    Mengusap kedua telinga
3)    Di antara nama – nama asmaul husna di bawah ini adalah ...
a.    Ar rahman
b.    Al Malik
c.    Al hamdu
d.    Al Lahab
4)    Di antara nama – nama rasul penerima kitab Allah di bawah ini adalah ...
a.    Muhammad
b.    Nuh
c.    Isa
d.    Ibrahim
5)    Di antara sifat mukhal rasul yang tidak patut diteladani di bawah ini adalah ..
a.    Baladah
b.    Sidiq
c.    Amanah
d.    Khianat
6)    Diantara sifat Rasulullah yang patut kita teladani adalah ...
a.    Pendengki
b.    Pemaaf
c.    Pemarah
d.    Pemberani
4.    TES M – C SEBAB AKIBAT
1)    Nabi sangat mencela orang yang lalai membayar utang sebab ...
a.    Utang tidak membawa untung
b.    Utang harus segera dilunasi
c.    Utang membuat bahagia
2)    Pada malam Idul Fitri umat Islam mengumandangkan kalimat takbir, tahlil, dan tahmid sebab ...
a.    Untuk mengusir setan, jin dan iblis
b.    Malam idul fitri adalah malam menjelang 1 syawal
c.    Malam yang penuh kemakmuran
3)    Puasa wajib dimulai tanggal 1 ramadhan sebab ...
a.    Diakhiri tanggal 1 syawal
b.    Diakhiri tanggal 2 syawal
c.    Diakhiri tanggal 3 syawal
4)    Nikmat yang diberikan Allah wajib disyukuri sebab ...
a.    Nikmat Allah tak sama untuk setiap orang
b.    Nikmat Allah hanya sedikit
c.    Nikmat Allah mahal harganya
5)    Solat lima waktu wajib dilaksanakan oleh setiap muslim sebab ...
a.    Perintah nabi Muhammad SAW
b.    Perintah Allah SWT
c.    Perintah orang tua
6)    Dalam berteman kita tidak boleh membeda –bedakan teman sebab ...
a.    Semua makhluk yang diciptakan, sama dimata Allah
b.    Semua makhluk memiliki teman sendiri
c.    Semua makhluk tidak boleh disamakan.
D.   TES TRUE – FALSE
1.    TES TRUE – FALSE TANPA KOREKSI
a.    Surat Al – fatihah termasuk surat Makkiyah ( T – F)
b.    Surat Al – Fatihah disebut juga ummul kitab atau ummul qur’an ( T –F)
c.    Surat Al – Iklas termsuk surat Madaniyah ( T – F)
d.    Nun mati bertemu dengan huruf alif hukumnya ikhfa’ ( T – F)
e.    Nun mati bertemu dengan huruf ta hukumnya idhar (T – F)
f.   Nun mati bertemu dengan huruf ba hukumnya idghom ( T – F)
2.    TES TRUE – FALSE DENGAN KOREKSI
a.    Malaikat Isrofil bertugas meniup sangkakala di hari kiamat... (T – F )
b.    Malaikat Rokib bertugas mencatat amal buruk... (T – F) amal baik
c.    Malaikat Ridwan bertuga menjaga surga...( T – F)
d.    Malaikat Jibril bertugas membagi rizki...(T – F) Menyampaikan wahyu
e.    Malaikat Izroil bertugas mencabut nyawa...( T – F)
f.   Malaikat Atit bertugas mencatat amal baik...(T – F) amal buruk
3.    TES TRUE – FALSE BERUMPUN
Yang termasuk rukun wudlu adalah :
a.    Membaca niat                                                     ( T – F)
b.    Membasuk telapak tangan                                 ( T – F)
c.    Membasuh kedua wajah                                    ( T – F)
d.    Membasuh telinga                                              ( T – F)
e.    Membasuh sebagian rambut kepala                  ( T – F)
f.    Tertib/urut                                                            ( T – F)
4.    TES TRUE – FALSE BERSYARAT
a.    Wudlu seseorang tidak batal jika bersentuhan dengan lain jenis          (T – F)
b.    Wudlu sesorang tidak syah jika tidak membasuh telinga          (T – F)
c.    Wudlu seseorang syah jika membaca niat                                ( T– F)
d.    Sholat tidak syah jika tidak mengucapkan niat                          (T – F)
e.    Seseorang tidak dikenai hukum solat wajib jika pingsan          ( T –F)
f.   Sholat wajib tidak wajib dikerjakan jika sudah diwakili salah satu          (T – F)



[1] Purwanto, Ngalim.1984. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : CV. Remadja Karya. Hlm. 44
[2] Arikunto, Dr. Suharsimi. 1997. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 166
[3] Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : PT. Grasindo. Hlm. 67
[4] Gronlund, N.E. 1976. Measurement an Evaluation in Teaching. New york : Macmillan Publishing CO  (Dalam Buku Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Dr. Suke Silverius, 1991, Jakarta, PT. Grasindo)